Katadata Green
Banner

Turunkan Emisi, Cities4Forest dan DKI Dorong Solusi Berbasis Alam

WRI Indonesia
Avatar
Oleh Hari Widowati 20 Februari 2024, 13.07

Cities4Forest, sebuah inisiatif dari World Resources Institute (WRI) Indonesia, bekerja sama dengan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta mendorong penggunaan solusi berbasis alam (SBA) pada sejumlah program. Solusi berbasis alam diyakini mampu menurunkan emisi gas rumah kaca (GRK) di Jakarta sebesar 50% pada 2030.

Cities4Forest melakukan studi komprehensif SBA tentang mitigasi banjir dan inventarisasi gas rumah kaca yang diluncurkan pada "Diskusi Integrasi Solusi Berbasis Alam dalam Strategi Pengelolaan Air dan Penurunan Gas Rumah Kaca di Jakarta" pada 12 Februari lalu. Kolaborasi ini menghadirkan pemerintah, akademisi, dan komunitas untuk memberikan masukan demi hasil studi yang lebih komprehensif.

Almo Pradana, Deputy Program Director on Climate, Energy, Cities, and the Ocean WRI Indonesia, mengatakan pengarusutamaan SBA oleh Cities4Forests merupakan sebuah alternatif aksi mitigasi dan adaptasi perubahan iklim di tingkat kota. Aksi ini akan menghadapi tren peningkatan urbanisasi di Indonesia yang lebih dari 70% penduduknya akan tinggal di kota pada 2045.

"Dalam menjamin keberlangsungan hidup masyarakat, pelestarian alam, dan ketangguhan iklim, kemitraan Cities4Forests bersama Dinas Sumber Daya Air DKI Jakarta mendorong penerapan dan integrasi SBA dalam peningkatan pengelolaan air di Jakarta, termasuk mitigasi banjir," ujar Almo dalam siaran pers.

Cities4Forests juga bekerja sama dengan Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta untuk menginventarisasi GRK melalui pohon, pepohonan, dan ruang terbuka hijau. "Ini merupakan langkah konkret yang dapat didorong untuk mencapai target pengurangan emisi GRK di Jakarta sebesar 50% pada 2030, sebagaimana dalam Peraturan Gubernur DKI Jakarta Nomor 90 Tahun 2021 tentang Rencana Pembangunan Rendah Karbon," ujarnya.

Iwan Kurniawan, Kepala Biro Pembangunan dan Lingkungan Hidup Sekretariat Daerah DKI Jakarta, mengatakan kota memiliki peran unik dalam pemulihan hijau pasca krisis. Kota juga berperan membangun ketahanan pascapandemi Covid-19 yang menunjukkan adanya kebutuhan ruang hijau di kota dan akses ke alam perkotaan.

Pendekatan terpadu dalam pengelolaan keanekaragaman hayati kota melibatkan aspek hijau dan biru kota, seperti taman, sungai dan wet land menjadi bagian penting dalam perencanaan dan penataan kota DKI Jakarta. "Dengan mengukur dampak ekosistem melalui metrik ekonomi dan lingkungan kota dapat mengembangkan pertumbuhan hijau
yang meningkatkan fungsi ekologis dan mengintegrasikan nilai alam dalam pengambilan keputusan,” kata Iwan.

Mitigasi Banjir  

Dari sisi mitigasi banjir, penyusunan studi SBA berdasarkan pada upaya mendukung langkah Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dalam mengembangkan masterplan ruang terbuka biru (RTB) secara komprehensif. Salah satunya, mengusung implementasi penyediaan ruang simpan air dan RTH multifungsi. 

RTH multifungsi merupakan konsep pengembangan fungsi ruang terbuka hijau (RTH) untuk dapat dimanfaatkan lebih optimal untuk fungsi penyimpanan air sementara (detensi) terutama saat curah hujan tinggi terjadi.

Elisabeth Tarigan, Ketua Subkelompok Perencanaan Bidang Geologi, Konservasi Air Baku dan Penyediaan Air Bersih Dinas Sumber Daya Air Provinsi DKI Jakarta, mengatakan RTB bakal mengakomodasi empat pilar pengelolaan air di Jakarta. Tujuannya, agar air yang mengalir ditahan lebih lama sehingga dapat dimanfaatkan untuk kepentingan masyarakat.

Salah satu subkategori RTB yang menjadi fokus penerapan SBA adalah pembangunan waduk yang memperhatikan konsep infrastruktur hijau. “Pengelolaan air hujan sebagai sarana retensi dan sarana detensi, yang tadinya dilakukan
hanya melalui pendekatan struktural akan didukung dengan pendekatan yang lebih alamiah. Itu yang kita kejar dengan berbagai upayanya, menyeimbangkan RTB dengan RTH dengan creating a multifunctional blue green public space,“ ujar Elisabeth.

Sementara itu, studi inventarisasi GRK melalui pohon dan pepohonan kota dilatarbelakangi oleh kebutuhan Jakarta dalam menentukan aksi iklim yang sesuai dengan konteks dan kebutuhannya. Sebagai langkah adaptasi iklim, pohon perkotaan (urban trees) dan pohon di luar kawasan hutan, seperti pohon (single tree) atau pepohonan yang berada di jalur hijau, sepadan sungai, taman kota, dan di ruang hijau lainnya berfungsi sebagai penyerap air yang akan mengurangi volume dan kecepatan limpasan air, mengurangi potensi banjir, dan mengurangi dampak pencemaran udara.

“Studi yang dilakukan oleh WRI Indonesia menjadi salah satu poin bagi kita untuk meningkatkan inventarisasi emisi gas rumah kaca di DKI Jakarta, khususnya sektor FOLU (Forest and Land Use) karena banyak sekali pohon-pohon di dalam atau sekitar kota, seperti pekarangan rumah, jalur hijau, yang belum masuk dalam perhitungan,” kata Helmi Zulhidayat, Kepala Bidang Tata Lingkungan Dinas Lingkungan Hidup Jakarta.

Editor : Hari Widowati
;

Katadata Green merupakan platform yang mengintegrasikan berita, riset, data, forum diskusi, dan komunitas untuk menginformasikan, bertukar gagasan, hingga kolaborasi untuk pembangunan hijau dan berkelanjutan di Indonesia.