Katadata Green HUT RI 79
Banner

PBB: Dunia Masih Jauh dari Target Pembangunan Berkelanjutan

un.org
Avatar
Oleh Arsyad Paripurna 19 Juni 2024, 13.21

Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengatakan dunia masih jauh dari target pembangunan berkelanjutan yang disepakati pada 2015, seperti mengatasi kemiskinan dan kelaparan.

Dikutip dari laporan PBB, faktor penyebabnya beragam mulai dari kekurangan dana dan ketegangan geopolitik hingga pandemi COVID-19.

Laporan Pembangunan Berkelanjutan tahunan PBB memberi peringkat kinerja 193 negara anggotanya dalam mengimplementasikan 17 Target Pembangunan Berkelanjutan (SDG).

Target pembangunan berkelanjutan juga mencakup peningkatan akses ke pendidikan dan layanan kesehatan, penyediaan energi bersih, dan perlindungan keanekaragaman hayati.

Namun, tidak satu pun dari 17 target yang dapat dicapai pada 2030, dengan sebagian besar target menunjukkan kemajuan yang terbatas atau bahkan berbalik arah.

Melalu laporan tersebut, negara-negara anggota didesak untuk mengatasi kekurangan dana dan juga merombak sistem PBB.

"Laporan ini menunjukkan bahwa kemajuan yang dicapai sudah sangat lambat bahkan sebelum pandemi melanda. Begitu pandemi dan krisis lainnya melanda, termasuk konflik militer, maka berubah menjadi cerita tentang stagnasi," kata Wakil Presiden Jaringan Solusi Pembangunan Berkelanjutan (SDSN) PBB Guillaume Lafortune, yang juga penulis laporan tersebut, dikutip.

Laporan tersebut mengidentifikasi penanggulangan kelaparan, penciptaan kota yang berkelanjutan, dan perlindungan keanekaragaman hayati di darat dan air sebagai bidang-bidang yang masih lemah. Target politik seperti kebebasan pers juga mengalami kemunduran.

Dalam laporan tersebut dikatakan bahwa Finlandia, Swedia dan Denmark menduduki peringkat kinerja teratas dan Tiongkok juga telah membuat kemajuan yang lebih cepat daripada rata-rata, namun negara-negara termiskin di dunia tertinggal lebih jauh di belakang.

Guillaume mengatakan bahwa negara-negara berkembang membutuhkan lebih banyak akses ke pembiayaan internasional.

Lembaga-lembaga seperti lembaga pemeringkat kredit juga harus didorong untuk mempertimbangkan kesejahteraan lingkungan dan ekonomi jangka panjang suatu negara, bukan hanya likuiditas jangka pendek.

Laporan tersebut juga menilai negara-negara berdasarkan kesediaan mereka untuk bekerja sama secara global melalui lembaga-lembaga PBB. Amerika Serikat berada di peringkat terakhir.

"Sebagian besar negara mendukung untuk berkolaborasi. tetapi ada sejumlah negara besar yang tidak mengikuti aturan main," ujar Guillaume, dikutip dari Reuters pada Senin (17/6).

Tantangan Global Butuh Kerja Sama Global

Barbados menduduki peringkat tertinggi dalam komitmennya terhadap multilateralisme berbasis PBB (UN-Mi), sedangkan  Amerika Serikat menduduki peringkat terakhir. 

Seperti halnya tantangan-tantangan pembangunan berkelanjutan, penguatan multilateralisme membutuhkan metrik dan pemantauan.

Indeks terbaru dari laporan dukungan negara terhadap UN-Mi mengurutkan negara-negara berdasarkan keterlibatan mereka dengan sistem PBB termasuk ratifikasi perjanjian, suara di Majelis Umum PBB, keanggotaan di organisasi PBB, partisipasi dalam konflik dan militerisasi, penggunaan sanksi sepihak, dan kontribusi keuangan kepada PBB.

Lima negara yang paling berkomitmen adalah Barbados, Antigua dan Barbuda, Uruguay, Mauritius, dan Maladewa. Sebaliknya, Amerika Serikat, Somalia, Sudan Selatan, Israel, dan Republik Demokratik Korea menduduki peringkat terendah.

Laju Kemajuan SDG Bervariasi

Negara-negara Nordik terus memimpin dalam pencapaian SDG, dengan negara-negara BRICS menunjukkan kemajuan yang kuat dan negara-negara miskin dan rentan tertinggal jauh di belakang.

Seperti tahun-tahun sebelumnya, negara-negara Eropa - terutama negara-negara Nordik - menduduki peringkat teratas dalam Indeks SDG 2024. 

Finlandia menduduki peringkat pertama dalam Indeks SDG, diikuti oleh Swedia, Denmark, Jerman, dan Prancis. Mereka pun menghadapi tantangan yang signifikan dalam mencapai beberapa target pembangunan berkelanjutan.

Rata-rata kemajuan SDG di BRICS (Brasil, Rusia, India, Tiongkok, dan Afrika Selatan) dan BRICS+ (Mesir, Ethiopia, Iran, Arab Saudi, dan Uni Emirat Arab) sejak tahun 2015 lebih cepat daripada rata-rata dunia.

Selain itu, Asia Timur dan Selatan muncul sebagai wilayah yang telah membuat kemajuan SDG paling banyak sejak tahun 2015. 

Sebaliknya, kesenjangan antara Indeks SDG rata-rata dunia dan kinerja negara-negara termiskin dan paling rentan, termasuk Negara-negara Kepulauan Kecil yang Berkembang (Small Island Developing States/SIDS), telah melebar sejak 2015.

Reporter : reportergreen Editor : Arsyad Paripurna
;

Katadata Green merupakan platform yang mengintegrasikan berita, riset, data, forum diskusi, dan komunitas untuk menginformasikan, bertukar gagasan, hingga kolaborasi untuk pembangunan hijau dan berkelanjutan di Indonesia.