Dinas Kesehatan dan Dinas Lingkungan Hidup Provinsi DKI Jakarta menggelar kampanye edukasi bertajuk “Udara Bersih Untuk Jakarta” di Ruang Publik Terpadu Ramah Anak (RPTRA) Pandawa Tanah Tinggi, Jakarta Pusat pada Selasa (14/5).
Kegiatan ini menyasar masyarakat rentan di permukiman padat penduduk. Kampanye edukasi di Pandawa Tanah Tinggi ini merupakan salah satu rangkaian strategi tanggap darurat mengantisipasi penurunan kualitas udara pada musim kemarau. Rangkaian kampanye dilakukan pertama kali di RPTRA Si Pitung Marunda, Jakarta Utara, Senin (13/5).
Wakil Kepala Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta dr. Dwi Oktavia Handayani atau dikenal dengan panggilan Lies menyampaikan bahwa Dinas Kesehatan DKI Jakarta melakukan studi persepsi tatap muka kepada 400 responden di 10 titik puskesmas tingkat kecamatan pada Desember 2023.
Berdasarkan kajian tersebut, Provinsi DKI Jakarta menemukan bahwa masyarakat sudah menyadari sumber-sumber penyebab polusi udara. Namun, tingkat persetujuan menurun ketika ditanya mengenai tindakan yang dapat mereka lakukan untuk mengurangi emisi.
“Artinya, tantangan dari promosi edukasi adalah bagaimana mendorong masyarakat untuk melakukan lebih banyak perubahan perilaku secara berkelompok,” kata Lies saat membuka kegiatan kampanye di RPTRA Pandawa Tanah Tinggi, Selasa (14/5).
Lies menjelaskan, pengendalian polusi udara memiliki banyak dimensi. Penanganan di hulu terkait sumber emisi harus selaras dengan penanganan di hilir. Pada tingkat tapak, masyarakat dapat berkontribusi mengurangi produksi emisi dari hal kecil.
Beberapa di antaranya dengan berjalan kaki ke warung atau pasar terdekat dari rumah, memilah dan mengolah sampah tanpa harus membakarnya, memakai masker ke luar rumah ketika kualitas udara menurun, menggunakan transportasi umum, hingga melakukan uji emisi kendaraan pribadi.
Di kesempatan yang sama, Wakil Kepala Dinas Lingkungan Hidup Provinsi DKI Jakarta Sarjoko menyebutkan bahwa Pemprov DKI Jakarta kini memiliki data Inventarisasi Emisi terbaru mengenai sumber emisi terbesar di Jakarta pada sektor transportasi dan industri.
Sarjoko menyebutkan, data tersebut merupakan hasil kerja sama dengan para kolaborator di tingkat kebijakan. Saat ini, Pemprov DKI Jakarta telah memiliki lima stasiun pemantau referensi tambahan dan 23 sensor udara berbiaya rendah. Alat-alat pemantauan dapat memperkuat kualitas dan validitas data yang ada.
“Dengan adanya data yang lebih banyak, kami bisa lebih presisi dalam mengidentifikasi sumber polusi, mengomunikasikannya kepada publik, dan membuka akses keterbukaan informasi yang lebih luas,” kata Wakil Kepala Dinas Lingkungan Hidup Provinsi DKI Jakarta Sarjoko, Selasa (14/5).
Sarjoko menambahkan, membangun integrasi data kualitas udara dan kesehatan menjadi prioritas Pemerintah Provinsi DKI Jakarta sejak beberapa bulan terakhir. Salah satu strateginya dengan integrasi sistem Elang Biru Jaya dan sistem Uji Emisi Kendaraan Roda 2 dan Roda 4 milik KIR Dinas Perhubungan.
Sinergi tersebut memungkinkan pemerintah untuk mengintervensi emisi langsung dari sumbernya, serta mendorong kepatuhan emisi gas buang kendaraan bermotor agar memenuhi standar.
Selain itu, pemerintah juga mengembangkan sistem peringatan dini risiko paparan polusi udara, mengkaji skema-skema disinsentif perparkiran, meningkatkan manajemen pelayanan transportasi, dan implementasi konsep kawasan rendah emisi terpadu.
Perkuat Garda Terdepan
Dari aspek peningkatan kapasitas sumber daya manusia, Pemprov DKI Jakarta tengah menggencarkan promosi kesehatan tentang risiko paparan polusi udara melalui pengembangan kapasitas petugas layanan kesehatan dan agen perubahan pada sepuluh puskesmas kecamatan.
Pemprov DKI Jakarta menjalankan pelatihan komunikasi, menggunakan alat peraga, dan berbagai instrumen interaktif untuk menjelaskan isu polusi udara kepada berbagai lapisan masyarakat.
Instrumen penting dalam kampanye edukasi adalah keterlibatan anggota keluarga. Di kegiatan yang sama, Country Lead Breathe Jakarta Cynthia Imelda Maidir mengatakan bahwa keberhasilan dalam membangun kesadaran masyarakat akan risiko polusi udara selalu dimulai dari keluarga.
“Kami berharap kehadiran para ibu dan anak muda pada kegiatan-kegiatan edukasi seperti ini membuka pintu yang lebih lebar untuk keterlibatan warga yang lebih luas,” kata Imelda, menanggapi slogan puskesmas ‘Cegah Polusi Udara, Lindungi Keluarga’, Selasa (14/5).
Imelda berharap, rencana aksi yang dimiliki oleh kesepuluh puskesmas kecamatan dan akan diikuti oleh 34 kecamatan lainnya di Jakarta menjadi langkah konkret untuk mewujudkan ketahanan masyarakat dan melahirkan solusi inovatif dalam menghadapi potensi penurunan kualitas udara.
Kegiatan kampanye integrasi di antara para pemangku kepentingan sektor udara dan iklim akan terus berlangsung hingga masa puncak polusi udara yang diprediksi pada Juli–September. Salah satunya melalui Gerakan Jakarta Berjaga dan Desa Sehat Iklim. Adapun acara puncak akan dilaksanakan bersamaan dengan Hari Lingkungan Hidup yang jatuh pada pekan 5 Juni mendatang.
Katadata Green merupakan platform yang mengintegrasikan berita, riset, data, forum diskusi, dan komunitas untuk menginformasikan, bertukar gagasan, hingga kolaborasi untuk pembangunan hijau dan berkelanjutan di Indonesia.