Katadata Green
Banner
Artopologi
Analisis
Avatar
Oleh Uji Sukma Medianti 6 Juli 2025, 15.39

Bisikan Terumbu: Dokumenter Seni dan Ekologi Tayang Perdana di ARTJOG

Sebuah film dokumenter berjudul Bisikan Terumbu tayang perdana di ARTJOG 2025 pada tanggal Jumat (4/6) sebagai bagian dari program ARTJOG 2025 Motif: Amalan.

Film yang disutradarai oleh Arfan Sabran ini merekam perjalanan kreatif Teguh Ostenrik, seorang maestro seni rupa kontemporer Indonesia, dalam membuat konsep, merintis dan menciptakan proyek seni instalasi patung bawah laut bertajuk ARTificial Reef selama lebih dari satu dekade.

Salah satu instalasi karya dalam proyek ini, “Domus Frosiquilo”, sempat dipamerkan sebagai bagian dari pameran ARTJOG 2019 sebelum ditenggelamkan di perairan Ternate dan tahun ini hadir kembali sebagai bukti bahwa seni tidak hanya sebagai ekspresi estetik, tapi juga sebagai tindakan nyata yang berdampak.

ARTificial Reef adalah rangkaian 12 instalasi patung bawah laut yang diletakkan di berbagai lokasi di Indonesia, yang dibuat demi mempercepat pertumbuhan terumbu karang dan pemulihan keberagaman ekosistem bawah laut.

Proyek itu berawal dari pengalaman dan observasi Teguh yang merasa sangat terguncang saat menyaksikan hilangnya terumbu karang dalam penyelaman pertamanya di Lombok pada tahun 2014.

Ia kemudian merenungi peran serta keterhubungan antara dirinya sebagai seniman dengan alam semesta. Dari renungan tersebut lahirlah ARTificial Reef yang revolusioner.

“Saat saya melihat padang pasir di dasar laut tempat seharusnya terumbu karang hidup, saya merasa seperti kehilangan bagian dari diri saya sendiri. Saya sadar, seni yang saya buat tidak bisa hanya menggantung di dinding. Sebuah karya itu harus menyatu dengan kehidupan, memberi manfaat bagi alam dan masyarakat,” ujar Teguh.

Melalui film Bisikan Terumbu, Arfan menyuguhkan visual yang kuat dan narasi mendalam selama 25 menit. Film ini mengikuti perjalanan pemikiran dan karya Teguh dalam menciptakan mahakarya yang bukan hanya menjadi medium ekspresi artistik, tetapi juga berfungsi sebagai struktur ekologis, objek wisata selam, serta sumber ekonomi baru bagi komunitas pesisir.

“Film ini bukan hanya tentang seni atau laut, tapi tentang bagaimana satu tindakan kecil yang jujur dan konsisten bisa menjadi amalan yang menyentuh banyak kehidupan. Teguh tidak hanya membuat patung; ia menciptakan ekosistem, kata Arfan.

Arfan dikenal lewat film-film seperti Suster Apung (Eagle Awards 2006 – Best Film & Best Cinematography), Rabiah dan Mimi (Tokyo Docs Winner), serta ININNAWA – An Island Calling yang memenangi Piala Citra FFI 2022 untuk Dokumenter Panjang Terbaik dan tampil di festival-festival internasional seperti Visions du Réel (Swiss) dan DMZ Docs (Korea Selatan).

Bisikan Terumbu adalah film berdurasi 25 menit yang didanai oleh Kementerian Kebudayaan, Dana Indonesiana, dan Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP).

Samsung Galaxy S25 Ultra turut mendukung pengarsipan karya maestro Teguh dengan merekam instalasi bawah laut terbarunya di Bali Utara. Proses dokumentasi dilakukan menggunakan Galaxy S25 Ultra yang dipadukan dengan perlengkapan bawah laut profesional, membuktikan kemampuan kamera unggulan ponsel ini dalam menghasilkan kualitas sinematik bahkan di kedalaman laut.

Fitur Nightography yang unggul mampu mengabadikan keindahan tersebut secara detail dan cerah, meski dalam keadaan low light di kedalaman laut. Tidak hanya itu, fitur Log Video juga menambah kemudahan dalam proses editing warna untuk semakin menampilkan warna-warna yang cerah dari ekosistem laut.

Dalam sepuluh tahun terakhir, instalasi ARTificial Reef ini telah menjadi bagian tak terpisahkan dari ekosistem laut Indonesia. Dalam instalasi terbarunya di Bali Utara yang dinamai “Kurma Amerta”.

Teguh menggunakan besi bekas dan suku cadang manufaktur untuk dirangkai menjadi struktur artistik berbentuk penyu dalam jumlah terbatas 399 patung yang dapat diadopsi oleh individu maupun institusi.

Proyek ARTificial Reef ini hanya mungkin terwujud berkat dukungan para kolektor individu maupun korporasi yang mengadopsi karya-karya ini sebagai bentuk kontribusi terhadap seni dan lingkungan.

Untuk informasi lebih lanjut dan partisipasi dalam proyek “Kurma Amerta”, kunjungi www.artopologi.com.

Editor : Uji Sukma Medianti
;

Katadata Green merupakan platform yang mengintegrasikan berita, riset, data, forum diskusi, dan komunitas untuk menginformasikan, bertukar gagasan, hingga kolaborasi untuk pembangunan hijau dan berkelanjutan di Indonesia.