Katadata Green
Banner

erafone Lanjutkan Kampanye Jaga Bumi Bersama Komunitas di Bali

Katadata
Avatar
Oleh Athiya Ramadhian 30 September 2025, 20.53

Erajaya Group melalui kampanye "erafone Jaga Bumi," melanjutkan inisiatif pengelolaan sampah elektronik (e-waste) di Bali. Program ini merupakan kelanjutan dari event sebelumnya di Jabodetabek pada Maret-Mei 2025 dan Bandung pada Juni-Agustus 2025. Sepanjang Maret sampai Agustus, terkumpul lebih dari 500 gadget bekas. 

Head of Brand Promotion & Demand Generation Erajaya Digital, Cahyo Adhyanto, menyebut bahwa erafone menjadi pionir menggagas ide ini karena melihat adanya peluang pengelolaan sampah elektronik belum banyak.

Menurut data Global E-Waste Monitor 2024, produksi e-waste global tumbuh lima kali lebih cepat dari kapasitas daur ulang. Tren serupa terjadi di Indonesia, di mana timbunannya diprediksi naik dari 2,1 juta ton pada 2023 menjadi 4,4 juta ton pada tahun 2030.

Di Bali sendiri, berdasarkan data dari situs Dinas Kehutanan dan Lingkungan Hidup (DKLH) Provinsi Bali, timbunan sampah harian di Bali pada tahun 2025 mencapai 3,4 ribu ton per hari. Dari jumlah tersebut, baru 29% atau 916 ton per hari yang berhasil dikelola. Sementara itu, 71% atau sekitar 2,5 ribu ton per hari masih belum terkelola. 

erafone ingin memastikan bahwa kampanye tidak hanya sampai di awareness, tetapi juga menjadi aksi nyata. Untuk itu, di Bali, erafone menggandeng berbagai komunitas lokal seperti Ecoway Conservation, Eco Tourism Bali, EcoBali Recycle, Ruang Sekala, Apnea Dewata, dan Himpunan Mahasiswa Manajemen Sumberdaya Perairan Universitas Udayana.

“erafone tidak bisa berdiri sendiri. Butuh kolaborasi dari teman-teman komunitas, media, pemerintahan, agar program ini bisa menjadi aksi nyata,” lanjut Cahyo.

Di antara bentuk kolaborasi erafone bersama Katadata Green dengan komunitas Bali adalah dengan menyelenggarakan kegiatan bertajuk “Waste Detox: Clean Earth, Clean Mind” pada Sabtu (20/9). Rangkaian kegiatannya berupa bersih-bersih pantai, talkshow, dan adopsi terumbu karang. 

Bersih-bersih di Pantai Legian diikuti lebih dari 50 orang dari berbagai komunitas, seperti Ecoway Conservation, Ruang Sekala, Apnea Dewata, dan mahasiswa/i Udayana. Dalam waktu satu jam, peserta mengumpulkan 46,6 kg sampah, dengan rincian 20,1 kg sampah organik dan 26,5 kg sampah anorganik. 

Mayoritas sampah anorganik berupa puntung rokok, botol plastik, tutup botol, dan sedotan plastik. Sedangkan sampah organik berupa dedaunan dan ranting-ranting. Sampah yang terkumpul akan diproses lebih lanjut oleh tim Ecoway.id

Di saat sampah plastik dan organik masih menjadi tantangan besar, isu e-waste juga krusial. Limbah elektronik mengandung bahan berbahaya seperti timbal, merkuri, dan kadmium, yang bila tidak ditangani dengan baik dapat mencemari tanah dan air. 

Menurut Gagah Gumelar, Founder Ecoway.id, pengelolaan e-waste semakin krusial karena dampaknya terhadap lingkungan. Jika tidak dikelola dengan baik, apalagi berakhir di laut, racun dari e-waste berpotensi mengganggu ekosistem laut, membunuh biota laut. 

“Kandungan logam berat bisa mencemari perairan, merusak ekosistem, memicu pertumbuhan alga yang berlebihan, dan penurunan kadar oksigen di laut. Hal ini juga memengaruhi kesehatan masyarakat pesisir dan masyarakat secara umum, karena racun dari e-waste bisa mencemari rantai makanan di laut, yang pada akhirnya akan dikonsumsi oleh manusia,” ucapnya.  

Gagah menekankan bahwa menumbuhkan rasa kepemilikan (sense of ownership) adalah kunci utama dalam menjaga lingkungan. Ketika seseorang merasa memiliki, ia akan menjadi lebih bertanggung jawab, termasuk dalam mengelola sampahnya. 

Oleh karena itu, sebagai wujud komitmen terhadap ekosistem laut, kegiatan ini juga mencakup seremonial adopsi 40 terumbu karang. Menurut Candra dari Ecoway Conservation, menyadari ancaman serius seperti polusi, kerusakan fisik, hingga pemanasan global, adopsi ini menjadi kontribusi langsung pada restorasi dan pelestarian keanekaragaman hayati laut, yang merupakan rumah bagi ikan, pelindung garis pantai, dan penyumbang oksigen bagi bumi.

Secara nasional, kampanye "erafone Jaga Bumi," berhasil mengumpulkan 2.255 unit e-waste sampai Agustus 2025Jumlah ini setara dengan pengurangan emisi karbon sekitar 161,7 ton CO₂ atau 161.700 kg CO₂. Pihak erafone juga menyediakan dropbox di gerai mereka untuk memudahkan masyarakat mengumpulkan e-waste.

Langkah ini menunjukkan komitmen erafone dalam menjadikan keberlanjutan sebagai fondasi operasional, bukan sekadar kewajiban hukum.

Cahyo menambahkan, pihaknya akan terus meningkatkan kolaborasi dan membawa program ini ke kota-kota lain. "Harapannya, inisiatif ini dapat mendorong kesadaran masyarakat hingga ke bentuk kebijakan,” pungkasnya.

Editor : Fitria Nurhayati
;

Katadata Green merupakan platform yang mengintegrasikan berita, riset, data, forum diskusi, dan komunitas untuk menginformasikan, bertukar gagasan, hingga kolaborasi untuk pembangunan hijau dan berkelanjutan di Indonesia.