Katadata Green
Banner

erafone Ajak Masyarakat Bijak Kelola E-waste

Erafone
Avatar
Oleh Sahistya Dhanes 15 April 2025, 13.36

Limbah elektronik atau e-waste menjadi salah satu isu lingkungan yang mencuri perhatian di Indonesia. Seiring dengan pesatnya perkembangan dan konsumsi perangkat teknologi, jumlah e-waste pun turut meningkat. Hal ini menimbulkan tantangan serius, tak hanya bagi lingkungan, namun juga bagi kesehatan.

Data KLHK tahun 2021 menyebutkan bahwa Indonesia menghasilkan setidaknya 2 juta ton e-waste. Kemudian pada 2040, berdasarkan studi yang ditulis PhD Candidate for Recycling Electronic Waste, Aulia Qisthi, memproyeksikan bahwa timbunan sampah elektronik di Indonesia akan mencapai 3,2 juta ton. Artinya, rata-rata setiap individu menyumbang sekitar 10 kilogram e-waste per tahun.

Di tingkat kawasan, Indonesia menjadi penyumbang e-waste terbesar di Asia Tenggara dan peringkat keempat di Asia setelah Tiongkok, India, dan Jepang.

Masalah lain terkait e-waste di Indonesia adalah minimnya pemahaman masyarakat terkait pengelolaan e-waste yang benar. Pantauan KLHK menunjukkan ada tiga cara yang dilakukan masyarakat dalam mengelola e-waste; 1) dibuang di tempat pembuangan terpisah atau layanan pengelolaan e-waste, 2) dibuang langsung ke tempat sampah, 3) dijual sebagai barang bekas.

Dari tiga poin di atas, nomor 2 dan 3 adalah yang paling umum dilakukan menurut pantauan KLHK.
Inisiatif Jaga Bumi dan Sambutan Masyarakat

Sebagai bagian dari upaya mengatasi permasalahan e-waste, erafone meluncurkan program Jaga Bumi yang bertujuan untuk menyediakan fasilitas pengumpulan e-waste bagi masyarakat. Program ini dimulai dengan menyediakan dropbox di beberapa gerai erafone di Jakarta, dengan rencana ekspansi ke kota-kota lain di Indonesia.

Inisiatif ini mendapat sambutan baik dari masyarakat karena dirasa mempermudah dalam hal pengelolaan e-waste.

“Kalau (gadget) masih bagus sih dikasih ke orang, tapi kalau udah nggak berfungsi biasanya dibiarin aja di rumah soalnya aku sendiri nggak tahu harus dibuang ke mana,” ujar Monica (28) saat ditemui tim Katadata Green.

Ia menambahkan bahwa inisiatif oleh erafone ini menjadi jawaban bagi masyarakat seperti dia yang belum tahu di mana harus membuang e-waste.

“Menurutku program ini bagus ya, masyarakat kaya kita udah nggak perlu bingung soal pembuangan sampah gadget. Hitung-hitung bantu ngurangin penumpukan sampah di rumah juga,” imbuh Monica.

Hal serupa turut disampaikan oleh pekerja kantoran bernama Andhika. Seperti Monica, ia mengaku kesulitan membuang sampah-sampah gadget dan hanya menyimpannya di gudang.

Ditanya soal Jaga Bumi, Andhika (26) mengaku sudah pernah mendengar inisiatif tersebut dan menyambut baik inisiatif erafone tersebut.

“Program kaya gini menurut gue bermanfaat sih, terutama buat masyarakat yang masih minim pengetahuan soal mengelola limbah elektronik,” pungkasnya.

Sebagai langkah awal, erafone telah menyediakan 10 dropbox di 10 gerai mereka yang tersebar di DKI Jakarta. Sepanjang tahun ini, perusahaan ritel perangkat komunikasi tersebut berencana menambah jumlah dropbox menjadi 25 hingga 50 unit yang akan ditempatkan di lima wilayah operasional utama mereka.

Group Chief HC, GA, Legal & CSR Erajaya Group Jimmy Perangin Angin mengatakan inisiatif ini merupakan bentuk komitmen erafone untuk meningkatkan kesadaran masyarakat sekaligus mendorong pengelolaan e-waste yang benar.

“Dengan menyediakan sarana yang mudah diakses, erafone berharap dapat mendorong kebiasaan masyarakat untuk membuang e-waste di tempat yang tepat dan mendukung proses daur ulang yang lebih berkelanjutan,” ujar Jimmy kepada tim Katadata Green.

Editor : Uji Sukma Medianti
;

Katadata Green merupakan platform yang mengintegrasikan berita, riset, data, forum diskusi, dan komunitas untuk menginformasikan, bertukar gagasan, hingga kolaborasi untuk pembangunan hijau dan berkelanjutan di Indonesia.