Katadata Green
Banner

Eropa Hadapi Maret Terpanas dalam Sejarah

123RF.com/filmfoto
Avatar
Oleh Amelia Yesidora 9 April 2025, 16.58

Sejumlah negara di Eropa mengalami Maret terpanas dalam sejarah pencatatan suhu bumi yang mencapai 14,06 derajat Celcius. 

Buletin Layanan Perubahan Iklim Copernicus atau C3S menyebut ini adalah Maret terpanas kedua secara global. Para ilmuwan Uni Eropa mencatat perubahan iklim terus mendorong suhu ke tingkat yang belum pernah terjadi sebelumnya.

“Secara global, bulan lalu adalah bulan Maret terhangat kedua di planet ini yang pernah tercatat, hanya dilampaui Maret 2024,” ujar buletin bulanan Layanan Perubahan Iklim Copernicus atau C3S Uni Eropa, dilansir dari Reuters, Rabu (9/4).

C3S Uni Eropa mencatat suhu rata-rata global Maret 2025 berada di angka 14,06 derajat Celcius, lebih tinggi 1,6 derajat Celcius dari tingkat praindustri. Catatan suhu C3S dimulai sejak tahun 1940, dan dibandingkan dengan catatan suhu global sejak tahun 1850.

Maret 2025 adalah bulan ke-20 dalam 21 bulan terakhir yang mengalami peningkatan suhu rata-rata global di atas 1,5 derajat Celcius. Tahun 2024 tercatat adalah tahun kalender pertama dengan kenaikan suhu di atas 1,5 derajat Celcius.

Angka ini lebih tinggi dari perjanjian Paris pada 2015 yang membatasi kenaikan suhu 1,5 derajat Celcius. Para ahli memperingatkan bila kenaikan suhu melewati batas, ada titik kritis bumi yang akan terlampaui. Akibatnya, ada potensi perubahan sistem bumi yang mengganggu keberlangsungan bumi dan makhluk hidup.

Para ilmuwan iklim sepakat pendorong utama perubahan iklim adalah emisi gas rumah kaca dari pembakaran bahan bakar fosil. Pimpinan Strategis Pusat Prakiraan Cuaca Jangka Menengah Eropa yang menjalankan layanan C3S, Samantha Burgess, mencatat Eropa juga mengalami cuaca ekstrem. Tidak hanya suhu yang di atas normal, namun mereka juga mengalami hujan lebat atau kekeringan.

“Bulan lalu, ada banyak wilayah Eropa yang mengalami Maret terkering selama sejarah. Lalu, yang lainnya juga mengalami Maret terbasah yang pernah tercatat setidaknya selama 47 tahun terakhir," kata Burgess dilansir dari Reuters.

Perubahan iklim membuat beberapa wilayah lebih kering dan memicu gelombang panas yang dapat memperburuk kekeringan.  Laju penguapan juga meningkat sehingga mengeringkan tanah dan tumbuhan.

Pemanasan planet ini juga memperburuk curah hujan lebat yang dapat menyebabkan banjir. Ini karena udara yang lebih hangat menahan lebih banyak uap air, sehingga awan badai menjadi lebih berat sebelum akhirnya pecah menjadi hujan.

Selain itu, C3S juga mencatat es laut Arktik juga turun ke tingkat bulanan terendah bulan lalu untuk setiap Maret dalam catatan data satelit selama 47 tahun. Tiga bulan sebelumnya juga ada catatan rekor terendah untuk bulan tersebut.

 

Reporter : Amelia Yesidora Editor : Rezza
;

Katadata Green merupakan platform yang mengintegrasikan berita, riset, data, forum diskusi, dan komunitas untuk menginformasikan, bertukar gagasan, hingga kolaborasi untuk pembangunan hijau dan berkelanjutan di Indonesia.