Katadata Green
Banner

Apa itu El Nino, Salah Satu Fenomena Iklim yang Terjadi di Indonesia

ANTARA FOTO/Rahmad/foc.
Avatar
Oleh Ghina 17 Maret 2025, 13.59

El Nino adalah fenomena alam yang menyebabkan suhu air laut di Samudra Pasifik bagian tengah dan timur menjadi lebih hangat dari biasanya. Perubahan suhu ini mengganggu keseimbangan cuaca global, termasuk di Indonesia, yang sering mengalami musim kemarau lebih panjang dari biasanya.

Salah satu dampak terbesar El Nino di Indonesia adalah berkurangnya curah hujan secara drastis, yang mengakibatkan kekeringan di banyak daerah. Hal ini menyebabkan pasokan air bersih menipis, serta meningkatkan risiko kebakaran hutan dan lahan, terutama di wilayah seperti Sumatra dan Kalimantan.

Sektor pertanian pun ikut terdampak karena tanaman yang bergantung pada air hujan, seperti padi, kesulitan tumbuh dengan baik, sehingga berisiko mengalami gagal panen. Selain itu, suhu udara yang lebih tinggi dari biasanya dapat memicu gelombang panas yang berdampak negatif terhadap kesehatan masyarakat, terutama bagi kelompok rentan seperti anak-anak dan lansia.

Oleh karena itu, kami akan membahas lebih lanjut tentang apa itu El Nino, penyebab terjadinya, dampaknya terhadap berbagai aspek kehidupan. Selengkapnya, simak penjelasan di bawah ini.

Apa itu El Nino?

El Nino adalah fenomena alam yang terjadi di Samudra Pasifik bagian tengah dan timur, di mana suhu permukaan laut menjadi lebih hangat dari biasanya. Peristiwa ini tidak memiliki pola waktu yang tetap, bisa terjadi dalam rentang dua tahun hingga satu dekade, dengan karakteristik yang berbeda-beda setiap kali muncul.

Kejadian El Nino dapat menyebabkan perubahan cuaca yang signifikan di berbagai belahan dunia, termasuk Amerika Serikat. Dampaknya sangat luas, mulai dari perubahan suhu air laut, pergerakan arus laut, kondisi ekosistem laut, hingga cuaca di berbagai negara seperti Australia, Amerika Selatan, dan wilayah lainnya.

Biasanya, El Nino muncul dalam selang waktu dua hingga tujuh tahun, tetapi tidak seperti pasang surut yang bisa diprediksi secara teratur. Salah satu proses yang berperan dalam fenomena ini adalah upwelling, yaitu naiknya air dingin dari dasar laut yang kaya akan nutrisi ke permukaan.

Air ini mengandung berbagai zat penting seperti nitrat dan fosfat yang mendukung kehidupan laut. Selain itu, perubahan suhu laut akibat El Nino juga berkontribusi terhadap perubahan pola hujan di dunia.

Perairan hangat di Pasifik bagian barat, misalnya, cenderung meningkatkan curah hujan di wilayah seperti Indonesia dan Papua Nugini. Sebaliknya, di sepanjang pesisir barat Amerika Selatan, udara tetap lebih kering akibat pengaruh perairan dingin di sekitarnya.

Selama El Nino berlangsung, angin pasat yang biasanya bertiup dari timur ke barat melemah. Akibatnya, air laut yang lebih hangat di permukaan bergerak ke arah timur, menuju pesisir utara Amerika Selatan. Perubahan ini berdampak besar pada dinamika iklim global, memicu cuaca ekstrem seperti kekeringan di beberapa wilayah dan hujan lebat di tempat lain.

Fenomena El Nino membuat Indonesia mengalami penurunan curah hujan karena suhu air laut yang lebih hangat di Samudra Pasifik tengah dan timur mengganggu proses terbentuknya awan hujan di kawasan ini. Akibatnya, musim kemarau menjadi lebih panjang dan lebih kering dibandingkan biasanya.

Saat hujan jarang turun, ketersediaan air di sungai, waduk, dan danau menyusut secara signifikan. Daerah yang mengandalkan sumur atau mata air alami pun bisa mengalami kekeringan serius. Akibatnya, warga harus mencari cara lain untuk mendapatkan air, seperti mengambil dari sumber yang lebih jauh atau mengandalkan bantuan pemerintah yang menyediakan distribusi air bersih.

Penyebab Fenomena El Nino

El Nino terjadi ketika suhu air laut di bagian tengah dan timur Samudra Pasifik menjadi lebih hangat dari biasanya. Secara normal, angin pasat bertiup dari timur ke barat, membawa air hangat ke wilayah Pasifik barat, termasuk sekitar Indonesia.

Namun, saat El Nino muncul, angin pasat melemah atau berubah arah, sehingga air hangat yang seharusnya tetap berada di Pasifik barat malah bergerak ke timur, mendekati pantai Amerika Selatan. Akibatnya, perairan di sekitar Indonesia menjadi lebih dingin, proses penguapan berkurang, dan awan hujan sulit terbentuk. Hal ini menyebabkan turunnya curah hujan secara drastis.

Fenomena ini juga berhubungan dengan Osilasi Selatan, yaitu perubahan tekanan udara antara wilayah barat dan timur Samudra Pasifik. Saat tekanan udara di Pasifik barat meningkat dan di Pasifik timur menurun, perbedaan ini mengganggu pola angin global. Akibatnya, Indonesia mengalami musim kemarau lebih panjang dan lebih kering, sementara Amerika Selatan justru mendapatkan curah hujan yang lebih tinggi dari biasanya.

Editor : Safrezi
Artikel Terpopuler
;

Katadata Green merupakan platform yang mengintegrasikan berita, riset, data, forum diskusi, dan komunitas untuk menginformasikan, bertukar gagasan, hingga kolaborasi untuk pembangunan hijau dan berkelanjutan di Indonesia.