Katadata Green
Banner

Kenaikan Muka Air Laut Ancam Arus Ekspor Migas Dunia

Aramco
Avatar
Oleh Rezza 6 Januari 2025, 14.15

Kenaikan permukaan air laut akibat perubahan iklim mengancam sejumlah pelabuhan penting yang menjadi andalan industri minyak dan gas global.

 

Penelitian terbaru International Cryosphere Climate Initiative menunjukkan kenaikan permukaan laut hingga 1 meter akan merusak setidaknya 13 pelabuhan penting di seluruh dunia. Salah satunya adalah Pelabuhan Ras Tanura dan Yanbu yang dioperasikan oleh Aramco di Arab Saudi. Sekitar 98% arus ekspor minyak di negara tersebut berasal dari dua pelabuhan ini yang setara dengan US$ 214 miliar pada 2023. 

 

Riset tersebut mengidentifikasi sebanyak 12 dari 15 pelabuhan minyak terbesar di dunia sangat rentan terhadap kenaikan permukaan air laut. Kenaikan 1 meter saja akan merusak dermaga, fasilitas penyimpanan minyak, refinery, dan infrastruktur lainnya. Selain di Arab Saudi, Pelabuhan Houston dan Galveston di Amerika Serikat yang juga sangat diandalkan untuk mengekspor minyak juga terancam kenaikan air laut. 

 

Di Eropa, pelabuhan Ust-Luga di Rusia dan Rotterdam juga diprediksi mengalami nasib serupa. Adapun di Asia, ada pelabuhan Khor Fakkan dan Fujairah di Uni Emirat Arab. Juga pelabuhan Dalian, Shanghai, dan Ningbo Zhoushan di China, Gwangyang di Korea, serta pelabuhan Singapura. Ketigabelas pelabuhan ini merepresentasikan 20% ekspor minyak gobal. 

 

Para peneliti menyebut kenaikan permukaan laut setinggi 1 meter tidak terhindarkan pada akhir abad ini, atau sekitar 2070 jika emisi global tidak terkendali dan es di sekitar kutub utara mencair. “Ini sangat ironis karena operasional bisnis minyak juga akan terancam karena kenaikan permukaan air laut yang disebabkan oleh penggunaan energi fosil,” katanya, dikutip dari The Guardian.

 

Kenaikan muka air laut memang menjadi masalah di seluruh dunia, termasuk Indonesia. Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyatakan tinggi muka laut di Indonesia diperkirakan mengalami kenaikan 0,8-1,2 centimeter (cm) per tahun yang berdampak pada pulau kecil dan wilayah pesisir. 

 

“Ini signifikan karena berdampak kepada hilangnya beberapa pulau kecil di wilayah Indonesia atau daerah kota di pesisir,” kata Koordinator Bidang Penelitian dan Pengembangan (Litbang) Klimatologi Pusat Litbang BMKG Donaldi Permana.

 

Dalam pemaparannya, Donaldi juga mengatakan adanya perubahan iklim yang menyebabkan meningkatnya suhu 0,45 hingga 0,75 derajat celcius. Selain itu, diperkirakan 5,8 juta kilometer persegi wilayah perairan Indonesia berbahaya kepada kapal nelayan khususnya yang berukuran kurang dari 10 gross tonage (GT).  Sebanyak 18 ribu kilometer garis pantai juga diperkirakan masuk kategori rentan akibat perubahan iklim  dan perubahan curah hujan sekitar 75 milimeter per bulan.

 

Editor : Rezza
;

Katadata Green merupakan platform yang mengintegrasikan berita, riset, data, forum diskusi, dan komunitas untuk menginformasikan, bertukar gagasan, hingga kolaborasi untuk pembangunan hijau dan berkelanjutan di Indonesia.