Katadata Green
Banner

Studi: Kebakaran Hutan Sebabkan Emisi CO2 Besar Tahun Lalu

vecteezy.com/olesia volkova
Avatar
Oleh Arsyad Paripurna 14 Agustus 2024, 21.25

Kebakaran hutan yang terjadi lebih sering dan lebih intensif akibat perubahan iklim melepaskan sejumlah besar CO2 ke udara pada 2023-2024.

Kebakaran di kawasan alami menyebabkan 8,6 miliar ton emisi CO2 di seluruh dunia antara Maret 2023 dan Februari 2024, 16% di atas rata-rata.

Hanya musim kebakaran yang relatif tenang di sabana Afrika yang mencegah musim 2023-2024 memecahkan rekor baru emisi CO2 di tingkat global.

Hal ini termasuk di antara kesimpulan dalam sebuah studi baru, "State of Wildfires", yang diterbitkan dalam jurnal Earth System Science Data pada hari Rabu (14 Agustus).

Studi tersebut dilaksanakan oleh Universitas East Anglia dan lembaga lain yang berpusat di Inggris dan bertujuan untuk diperbarui setiap tahun.

Emisi dari kebakaran hutan boreal Kanada sembilan kali lebih besar dari rata-rata selama dua dekade terakhir. Kebakaran hutan ini menyumbang hampir seperempat emisi global.

Di Kanada saja, kebakaran memaksa 232.000 orang mengungsi dan delapan petugas pemadam kebakaran kehilangan nyawa.

Daerah lain yang juga menderita termasuk Amazon (Brasil, Bolivia, Peru, Venezuela), Hawaii, dan Yunani.

"Tahun lalu, kebakaran menewaskan orang, menghancurkan rumah dan infrastruktur, menyebabkan evakuasi massal, mengancam mata pencaharian, dan merusak ekosistem penting. Kebakaran ini semakin sering terjadi dan semakin intensif seiring pemanasan iklim, dan masyarakat serta lingkungan menderita konsekuensinya," kata Penulis Utama Studi Matthew Jones dari Universitas East Anglia, dikutip dari CNA, Rabu (14/8).

Berdasarkan kesimpulan, perubahan iklim membuat kondisi cuaca mendukung kebakaran untuk lebih mungkin terjadi.

Pengaruh manusia telah meningkatkan setidaknya 20 kali lipat kemungkinan kondisi cuaca yang memicu kebakaran di Amazon barat.

Jika manusia terus menghasilkan gas rumah kaca dalam jumlah besar, kebakaran besar, seperti yang terjadi tahun lalu, akan menjadi lebih mungkin terjadi. Namun, tidak ada yang pasti.

"Risikonya dapat diminimalkan. Belum terlambat. Masa depan rendah karbon menawarkan banyak kelegaan dari risiko yang kita hadapi di masa depan," kata Matthew Jones saat memaparkan laporan studi tersebut kepada media.

Berdasarkan studi yang diterbitkan pada bulan Juni di Nature Ecology & Evolution, selama dua dekade terakhir ketika aktivitas manusia telah menghangatkan planet ini, frekuensi dan intensitas kebakaran hutan ekstrem telah meningkat lebih dari dua kali lipat di seluruh dunia.

Reporter : reportergreen Editor : Arsyad Paripurna
;

Katadata Green merupakan platform yang mengintegrasikan berita, riset, data, forum diskusi, dan komunitas untuk menginformasikan, bertukar gagasan, hingga kolaborasi untuk pembangunan hijau dan berkelanjutan di Indonesia.