Katadata Green
Banner

Aktivis Lingkungan Tolak Pembangunan Data Center Google di Uruguay

LinkedIn
Avatar
Oleh Arsyad Paripurna 3 Agustus 2024, 14.08

Rencana Google untuk membangun data center di Uruguay telah membuat marah para aktivis lingkungan. 

Menurut para aktivis, proyek tersebut akan melepaskan ribuan ton karbon dioksida dan limbah berbahaya.

Otoritas lingkungan Uruguay baru-baru ini menyetujui perizinan data center tersebut, yang akan menggunakan pendingin udara untuk server.

Google awalnya mengusulkan penggunaan jutaan liter air tawar untuk proses pendinginan.

Namun, usulan tersebut menimbulkan protes di negara yang mengalami kekeringan terburuk sejak 1950 tahun lalu, yang menyebabkan ibu kota Uruguay kekurangan air minum.

Akademisi Universitas Republik di Montevideo Daniel Pena, yang juga juru kampanye lingkungan, mengatakan penggunaan pendingin udara akan sama merusaknya bagi lingkungan.

Berdasarkan laporan penilaian lingkungan pemerintah, data center di Canelones, Uruguay bagian selatan, diprediksi akan melepaskan 25 ribu ton karbon dioksida per tahun dan menghasilkan 86 ton limbah berbahaya, termasuk residu elektro-elektronik, minyak, dan kemasan kimia.

Data center tersebut akan digunakan untuk keperluan layanan internet bagi pengguna Google di seluruh dunia. 

Namun, Pena mengatakan Google tidak akan menyediakan apa pun bagi Uruguay, kecuali limbah beracun dan gas rumah kaca. Data center tersebut akan berada di zona bebas pajak, yang artinya perusahaan tidak membayar pajak.

Para aktivis lingkungan khawatir data center tersebut akan berdampak signifikan terhadap jejak karbon Uruguay.

Menurut perhitungan Pena, berdasarkan angka resmi, emisi karbon dioksida negara tersebut dari produksi energi akan meningkat sebesar 2,7%.

Emisi karbon Uruguay sangat rendah karena menghasilkan lebih dari 90% listriknya dari energi terbarukan, salah satu tingkat tertinggi di dunia. 

Namun selama periode penggunaan listrik tinggi atau kelangkaan air, seperti tahun lalu, negara tersebut bergantung pada pembangkit listrik berbahan bakar minyak.

Maria Selva Ortiz, dari Friends of the Earth di Uruguay, mengatakan data center tersebut akan memberikan tekanan tambahan pada jaringan listrik Uruguay, sehingga memaksa negara tersebut untuk lebih sering bergantung pada bahan bakar fosil.

Organisasi lingkungan Friends of the Earth menghitung bahwa data center tersebut akan membutuhkan jumlah energi yang sama dengan 222.898 rumah tangga di negara dengan populasi sedikit lebih dari 3 juta orang.

“Kami merasa bahwa perusahaan multinasional asing datang untuk menggunakan sumber daya alam kami tanpa memberikan manfaat apa pun kepada kami. Proyek baru itu disetujui begitu cepat, tidak ada waktu untuk meneliti proposal mereka,” ujar Maria Selva.

Kelompok lingkungan tidak diberi tahu ketika pemerintah menyetujui pembangunan data center tersebut lebih dari sebulan yang lalu dan periode 30 hari untuk banding hukum telah berakhir.

Ana Filippini dari Gerakan Uruguay Berkelanjutan (MOVUS) mengatakan dampak lingkungan tidak pasti karena studi yang diminta masyarakat belum rampung. 

"Emisi gas rumah kaca akan meningkat dan kami tidak tahu bagaimana limbah dari pabrik akan dibuang,” ujar Ana.

Menurut dia, protes yang dilakukan oleh masyarakat sipil menghasilkan perubahan penting dalam proyek Google, yang awalnya akan menggunakan air dalam jumlah besar. 

Namun, rencana baru tersebut telah disetujui di bawah tekanan waktu, sehingga sulit untuk menilai dampaknya.

“Kami telah terlibat secara ekstensif dengan pemerintah daerah, anggota masyarakat, dan pemimpin setempat untuk berbagi rincian proyek dan mengikuti proses regulasi untuk mendapatkan semua izin yang diperlukan,” kata juru bicara Google.

Menurut juru bicara, data center tersebut setelah dibangun akan beroperasi sesuai standar yang disetujui oleh otoritas setempat.

"Dan ini akan menjadi bagian dari komitmen jangka panjang Google terhadap keberlanjutan di berbagai bidang seperti mempercepat transisi menuju masa depan tanpa emisi dan berinovasi untuk menjalankan infrastruktur yang paling efisien,” ujarnya.

Perusahaan juga berpendapat bahwa produk-produk Google digunakan secara luas dan infrastrukturnya menghasilkan investasi di negara tersebut.

“Pusat data mendukung produk-produk yang membantu miliaran orang di seluruh dunia, seperti pencarian, YouTube, dan Gmail, dan kami bangga untuk terus berinvestasi dalam infrastruktur di Amerika Latin,” kata juru bicara tersebut.

Dikutip dari The Guardian, Kamis (1/8), Kementerian Lingkungan Hidup Uruguay tidak menanggapi permintaan komentar.

Namun, laporan penilaian lingkungan dari kementerian mengatakan ada rencana pengelolaan untuk menangani limbah dari data center tersebut. Dampak limbahnya terhadap lingkungan dianggap tidak terlalu signifikan.

Menurut laporan tersebut, data center Google hanya akan menghasilkan 0,3% dari seluruh karbon dioksida yang dipancarkan oleh sektor energi Uruguay.

Reporter : reportergreen Editor : Arsyad Paripurna
;

Katadata Green merupakan platform yang mengintegrasikan berita, riset, data, forum diskusi, dan komunitas untuk menginformasikan, bertukar gagasan, hingga kolaborasi untuk pembangunan hijau dan berkelanjutan di Indonesia.