Katadata Green
Banner

Kenaikan Suhu Laut Ancam Terumbu Karang Bali

ANTARA FOTO/Fikri Yusuf/Spt.
Avatar
Oleh Arsyad Paripurna 8 Juli 2024, 16.49

Konservasionis Indonesia Nyoman Sugiarto telah bekerja selama 16 tahun untuk melestarikan terumbu karang di Bali, tetapi frekuensi pemutihan karang secara massal sekarang ini menurut dia sangat menghancurkan.

Sebanyak 90% karang yang dirawat oleh Sugiarto di terumbu karang dekat desanya di Bondalem, di pesisir utara Bali, tampak kehilangan warna pada Desember lalu.

"Semuanya berwarna putih. Kami sangat terkejut. Hal itu tentu juga berdampak negatif pada karang yang kami tanam. Bukan hanya yang alami," kata Sugiarto, 51 tahun.

Ketika Sugiarto memulai proyek konservasi terumbu karang di tahun 2008, ia diberitahu bahwa terumbu karang dapat mempertahankan ganggang hidup yang memberinya warna selama 10 hingga 20 tahun.

Namun, terumbu karang di Bondalem memutih dalam waktu kurang dari 10 tahun. Sugiarto menyalahkan suhu laut yang lebih hangat yang dipicu oleh perubahan iklim.

Pemutihan karang terjadi ketika karang mengeluarkan ganggang berwarna-warni yang hidup di jaringannya. Tanpa ganggang, karang menjadi pucat dan rentan terhadap kelaparan, penyakit, atau kematian.

Pada April lalu, Badan Kelautan dan Atmosfer Nasional (NOAA) Amerika Serikat mengatakan lebih dari 54% area terumbu karang di lautan dunia mengalami pemutihan dengan level heat stress, yang merupakan kejadian pemutihan global keempat dalam tiga dekade terakhir.

Data dari kementerian pariwisata Indonesia menunjukkan bahwa Indonesia memiliki sekitar 5,1 juta hektar terumbu karang dan menyumbang 18% dari total terumbu karang di dunia.

Penasihat Konservasi Kelautan Coral Triangle Center Marthen Welly mengatakan pemutihan terumbu karang di Bali pada akhir tahun 2023 terutama disebabkan oleh meningkatnya suhu laut akibat fenomena El Nino yang melanda Indonesia.

Indonesia mengalami musim kemarau terparah tahun lalu karena El Nino.

Meskipun karang di Indonesia lebih tangguh dan cenderung lebih cepat pulih, Marthen mengatakan hal itu tidak akan cukup untuk bisa bertahan menghadapi kenaikan suhu laut.

"Diperkirakan pemutihan karang akan lebih sering terjadi, antara satu atau dua tahun dengan suhu saat ini," ujar Marthen, mengutip penelitian terbaru dari Otoritas Taman Laut Great Barrier Reef dan Australian Institute of Marine Science.

Sementara itu, Sugiarto bertekad untuk melanjutkan kampanye pelestarian terumbu karang, menghimbau generasi muda Indonesia untuk ikut serta dalam konservasi terumbu karang, dan mencari dana untuk membentuk komunitas desa yang bertugas memantau penangkapan ikan ilegal.

"Kami merasa memiliki kewajiban untuk menjaga keberlangsungan kehidupan bawah laut terutama karang," kata Sugiarto, dikutip dari Reuters, Jumat (5/7).

Reporter : reportergreen Editor : Arsyad Paripurna
;

Katadata Green merupakan platform yang mengintegrasikan berita, riset, data, forum diskusi, dan komunitas untuk menginformasikan, bertukar gagasan, hingga kolaborasi untuk pembangunan hijau dan berkelanjutan di Indonesia.