Katadata Green
Banner

Panas Laut Memicu Pemutihan Karang Massal Terburuk

ANTARA FOTO/Fikri Yusuf/Spt.
Avatar
Oleh Arsyad Paripurna 28 Juni 2024, 16.11

Panas laut yang belum pernah terjadi sebelumnya telah memicu peristiwa pemutihan karang massal terburuk di dunia yang pernah tercatat.

Sebuah pembantaian karang yang begitu parah, sehingga para ahli terumbu karang mencari pertolongan angin topan, salah satu kekuatan alam yang paling berbahaya dan merusak.

Berdasarkan data terbaru dari Badan Kelautan dan Atmosfer Nasional (NOAA), sejak Januari 2023, 72% area terumbu karang di planet bumi ini telah mengalami tekanan panas yang dapat menyebabkan pemutihan, melebihi 65,7% selama peristiwa pemutihan global terakhir di 2014 hingga 2017.

Terumbu karang di Samudra Atlantik terkena dampak paling parah. "Badai tropis atau angin topan yang datang pada waktu yang tepat dapat memberikan bantuan termal yang sangat dibutuhkan bagi terumbu karang yang mengalami tekanan panas," , kata Koordinator Pengawasan Terumbu Karang dari NOAA, Derek Manzello.

Pemutihan ini disebabkan oleh panas laut yang memecahkan rekor dipicu oleh polusi yang menghangatkan planet bumi dan didorong oleh "super" El Nino, sebuah pola iklim alami yang ditandai dengan suhu lautan yang lebih hangat daripada suhu rata-rata di Pasifik tropis.

Karang melepaskan ganggang, yang memberikan warna dan makanan baginya ketika air menjadi terlalu panas untuk waktu yang terlalu lama. Ini disebut pemutihan. Jika air tidak mendingin dengan cepat, karang bisa kelaparan dan mati.

Panas laut yang sama yang mencekik karang-karang ini juga menjadi salah satu faktor di balik ancaman musim angin topan yang sangat aktif, yang dapat memberi pertolongan bagi terumbu karang dalam bentuk air yang lebih dingin.

Angin topan bertindak seperti penyedot panas lautan yang sangat besar, menyantap air hangat dan udara lembap untuk menguatkan diri.

Saat itu terjadi, badai tersebut membantu mendinginkan lautan di sepanjang jalurnya, tidak hanya dengan mengonsumsi panas lautan, tetapi juga dengan mengaduk-aduk kantong-kantong air dingin dari lautan yang lebih dalam hingga ke permukaan.

Menurut Derek, area lautan yang didinginkan oleh angin topan dapat membentang lebih dari 400 mil dari pusat badai. "Ini berarti bahwa badai dapat menjadi hal yang baik untuk karang yang mengalami tekanan panas yang tidak berada dalam petak kerusakan langsung," ujarnya.

"Angin topan, badai atau bahkan hanya mendung dan hujan seminggu bisa memberi ekosistem ini waktu beristirahat yang sangat dibutuhkan ketika berada di bawah tekanan yang sangat lama. Tidak ada banyak waktu istirahat sejak keadaan memanas Juli lalu, jadi kami akan memanfaatkan setiap waktu istirahat yang bisa kami dapatkan," kata Ketua Tim Atlantik dan Karibia untuk Program Konservasi Terumbu Karang NOAA, Dana Wusinich-Mendez.

Lautan saat ini sangat panas, beberapa ilmuwan khawatir angin topan mungkin tidak akan efektif.

"Kami tahu bahwa suhu yang penuh tekanan meluas sangat, sangat dalam. Jadi, badai yang sangat besar sekalipun mungkin tidak memiliki potensi pendinginan seperti yang terjadi di masa lalu karena suhunya menjadi sangat panas dan dalam," kata Profesor di Pusat Studi Kelautan dan Lingkungan di University of the Virgin Islands, Marilyn Brandt, yang ikut menulis sebuah studi dengan Derek di tahun 2005 tentang bagaimana angin topan dapat bermanfaat bagi karang yang mengalami pemutihan.

Angin topan kategori 1 dan 2 biasanya cukup untuk mendinginkan air dan mengurangi pemutihan karang.

"Sekarang mungkin diperlukan badai yang lebih kuat untuk memberikan jeda yang sama. Bantuan juga cepat berlalu, hanya berlangsung sekitar satu minggu," kata Marilyn.

Pemulihan penuh dari pemutihan bisa memakan waktu bertahun-tahun, jangka waktu yang menurut para ahli semakin tidak dapat diprediksi seiring dengan menghangatnya lautan.

Angin topan juga merupakan pedang bermata dua. Ombaknya yang kuat dapat memecah karang yang rapuh, menjungkirbalikkan seluruh koloni, dan secara signifikan merusak jika tidak membunuh, memperburuk kesehatan karang karena membuat karang terpapar air yang terkontaminasi oleh pupuk, limbah, dan zat berbahaya lainnya, yang mengalir dari tanah yang tergenang air.

Limpasan ini membuat karang terbuka untuk infeksi dan pemutihan serta memperlambat pemulihan.

"Intinya, mungkin akan ada lebih banyak dampak negatif dari siklon yang tumpang tindih dengan pemutihan daripada dampak positifnya," kata Peneliti di University of Adelaide, Camille Mellin.

Menurutnya, efek pendinginan dari siklon juga mungkin terbatas pada skala lokal.

Berdasarkan hasil penelitian yang dirilis pada hari Kamis, siklon tropis mungkin tidak akan ada untuk membantu dalam kapasitas yang terbatas jika polusi yang menyebabkan pemanasan bumi tidak dikurangi secara drastis.

Karang dapat memutih pada musim semi, sebelum musim angin topan dimulai, pada 2080.

Menurut Marilyn, terumbu karang di planet bumi ini menghadapi kematian dengan seribu luka. Namun, ia percaya masih ada peluang untuk bertahan hidup, bahkan jika itu berarti tidak ada pilihan yang mungkin berhasil seperti angin topan.

"Pada titik ini, sangat sulit bagi karang untuk pulih dari peristiwa pemutihan yang terjadi secara beruntun sehingga pada akhirnya, apa pun yang dapat mendinginkan air akan membantu. Jadi, meskipun karang dihantam badai, sebenarnya mendinginkan air sangatlah menolong," ujarnya, dikutip dari CNN, Kamis (27/6).

Reporter : reportergreen Editor : Arsyad Paripurna
;

Katadata Green merupakan platform yang mengintegrasikan berita, riset, data, forum diskusi, dan komunitas untuk menginformasikan, bertukar gagasan, hingga kolaborasi untuk pembangunan hijau dan berkelanjutan di Indonesia.