Lapisan es Antartika mencair dengan cara baru yang mengkhawatirkan, yang belum diperhitungkan oleh model proyeksi ilmiah yang digunakan untuk memproyeksikan kenaikan permukaan air laut di masa depan. Hal ini menunjukkan bahwa proyeksi saat ini mungkin secara signifikan meremehkan masalah tersebut.
Para ilmuwan dari British Antarctic Survey (BAS) menemukan bahwa air laut yang hangat merembes di bawah lapisan es pada garis dasar - titik di mana es naik dari dasar laut dan mulai mengapung.
Berdasarkan laporan yang diterbitkan pada hari Selasa di jurnal Nature Geoscience, hal itu mempercepat pencairan yang dapat menyebabkan titik kritis.
Titik kritis mengacu pada ambang batas di mana serangkaian perubahan kecil terakumulasi untuk mendorong sistem melampaui titik di mana tidak ada jalan untuk kembali.
Pencairan terjadi ketika air laut yang relatif hangat membuka rongga-rongga di dalam es, memungkinkan lebih banyak air merembes masuk, yang menyebabkan lebih banyak pencairan dan terbentuknya rongga yang lebih besar, dan seterusnya.
Hasil penelitian menunjukkan peningkatan suhu laut yang kecil saja bisa berdampak sangat besar pada jumlah pencairan. Ketika perubahan iklim memanaskan lautan, prosesnya semakin cepat.
"Anda mendapatkan umpan balik yang tidak terduga. Hal ini berperilaku seperti titik kritis, di mana Anda dapat mengalami perubahan yang sangat mendadak dalam jumlah pencairan yang terjadi di tempat-tempat ini," kata peneliti dinamika es di BAS, Alex Bradley, yang juga penulis utama makalah studi tersebut.
Titik kritis ini akan terjadi melalui aliran es yang lebih cepat ke lautan, dalam sebuah proses yang saat ini tidak termasuk dalam model proyeksi kenaikan permukaan laut di masa depan.
"Itu menunjukkan bahwa proyeksi kami tentang kenaikan permukaan laut mungkin terlalu rendah secara signifikan," ujar Alex, dikutip dari CNN, Selasa (25/6).
Berdasarkan penelitian tersebut, implikasinya tidak akan langsung terasa. Namun, kenaikan permukaan air laut yang lebih tinggi akan terjadi dan terakumulasi selama puluhan dan ratusan tahun, mengancam masyarakat pesisir di seluruh dunia.
Studi tersebut tidak memberikan kerangka waktu kapan titik kritis akan tercapai, dan juga tidak memberikan angka berapa banyak kenaikan permukaan air laut yang dapat diperkirakan.
Meskipun begitu, wilayah Antartika sangatlah penting. Lapisan es Antartika telah melepaskan rata-rata 150 miliar metrik ton es setiap tahun dan, secara keseluruhan, lapisan es ini menampung air yang cukup untuk meningkatkan permukaan laut global sekitar 190 kaki (sekitar 58 meter).
Penelitian tersebut bukanlah yang pertama yang menunjukkan kerentanan Antartika terhadap krisis iklim. Sejumlah penelitian menunjukkan kerentanan Antartika Barat, khususnya Gletser Thwaites, yang dikenal sebagai Gletser Kiamat karena dampak bencana yang dapat ditimbulkannya terhadap kenaikan permukaan laut.
Namun, hal yang mengejutkan dari penelitian tersebut - yang dilakukan menggunakan pemodelan iklim untuk memahami bagaimana mekanisme pencairan ini dapat memengaruhi seluruh lapisan es - adalah bahwa beberapa gletser yang paling rentan berada di Antartika Timur.