Katadata Green
Banner

UNDP: 4 dari 5 Orang Inginkan Lebih Banyak Aksi Iklim

freepik.com
Avatar
Oleh Arsyad Paripurna 21 Juni 2024, 19.22

Survei global yang diikuti oleh 75 ribu peserta menunjukkan empat dari setiap lima responden ingin agar negara mereka memperkuat komitmen dalam mengatasi perubahan iklim.

Survei ini dilakukan oleh United Nations Development Programme (UNDP) yang merupakan jaringan pembangunan global PBB, bersama dengan Universitas Oxford dan GeoPoll.

Mereka mengajukan 15 pertanyaan melalui panggilan telepon secara acak kepada responden di 77 negara yang mewakili 87% populasi dunia.

Temuan utama dari survei bertajuk “The Peoples' Climate Vote 2024” ini adalah bahwa 80% responden menginginkan agar pemerintah mereka meningkatkan upaya untuk memerangi pemanasan global.

Negara-negara miskin menabuh genderang paling keras, dengan 89% mendukung, meskipun keinginan juga tinggi di negara-negara anggota G20 (76%).

Tiongkok (73%) dan Amerika Serikat (66%) - penghasil emisi gas rumah kaca terbesar di dunia - juga memiliki mayoritas responden yang mendukung aksi iklim.

"Ketika para pemimpin dunia memutuskan putaran janji berikutnya berdasarkan Perjanjian Paris di tahun 2025, hasil ini merupakan bukti yang tidak dapat disangkal bahwa orang-orang di mana pun mendukung aksi iklim yang tegas," ujar Direktur Iklim Global UNDP, Cassie Flynn.

Mayoritas responden di 62 dari 77 negara yang disurvei menyatakan mendukung transisi cepat dari bahan bakar fosil ke energi bersih, termasuk Tiongkok (80%) dan Amerika Serikat (54%). Hanya 16% responden di Rusia yang mendukung.

Menurut survei tersebut, kekhawatiran akan pemanasan global juga meningkat, dengan 56% responden mengatakan mereka memikirkan perubahan iklim setidaknya sekali seminggu.

Lebih dari separuh (53%) responden mengatakan mereka lebih khawatir tentang perubahan iklim tahun ini daripada tahun 2023, dibandingkan dengan 15% yang mengatakan tidak terlalu khawatir.

Fiji memimpin peningkatan kecemasan iklim, di mana 80% responden lebih khawatir dibandingkan dengan tahun lalu, diikuti oleh Afghanistan (78%) dan Turki (77%).

Arab Saudi mengalami peningkatan terendah dalam hal kekhawatiran iklim, dengan 25% responden lebih khawatir, diikuti oleh Rusia (34%), Republik Ceko (36%), dan Tiongkok (39%).

Lebih dari dua pertiga (69%) responden mengatakan pemanasan global berdampak pada keputusan hidup mereka, seperti tempat tinggal atau tempat kerja dan apa yang akan mereka beli.

Namun, Kepala UNDP Achim Steiner mengatakan kekhawatiran ini tidak selalu diterjemahkan ke dalam keputusan pemilu dan konsumen.

"Saya akan berbuat lebih banyak, tetapi yang lain tidak. Jadi, saya tidak akan melakukan apa pun," ujar Achim membahas apa yang ia sebut sebagai "kesenjangan persepsi" masyarakat tentang aksi iklim, dikutip dari The Straits Times, Kamis (20/6).

Reporter : reportergreen Editor : Arsyad Paripurna
;

Katadata Green merupakan platform yang mengintegrasikan berita, riset, data, forum diskusi, dan komunitas untuk menginformasikan, bertukar gagasan, hingga kolaborasi untuk pembangunan hijau dan berkelanjutan di Indonesia.