Moody's Ratings mengatakan India harus mengeluarkan US$385 miliar (Rp 6.273 triliun) untuk memenuhi target 500 gigawatt (GW) energi terbarukan pada 2030.
Namun, batubara akan tetap menjadi sumber utama pembangkit listrik untuk dekade mendatang.
India, penghasil emisi gas rumah kaca yang besar, menyatakan akan meningkatkan kapasitas bahan bakar non-fosil sebesar 50 GW setiap tahunnya untuk membantu memenuhi target 500 GW. Pada 2022, anak benua meleset dari target 175 GW.
Namun, Moody's memperkirakan penambahan kapasitas tahunan sekitar 44 GW akan membantu mencapai target tersebut.
Untuk itu, India harus mengeluarkan US$190 miliar hingga US$215 miliar (Rp 3.095 triliun-Rp 3.503 triliun) untuk kapasitas selama enam hingga tujuh tahun ke depan dan US$150 miliar hingga US$170 miliar (Rp 2.444 triliun-Rp 2.770 triliun) untuk transmisi dan distribusi.
“Jaringan proyek-proyek yang cukup besar yang telah diumumkan kemungkinan akan membuat leverage keuangan perusahaan-perusahaan energi terbarukan dalam pemeringkatan tetap tinggi di dua sampai tiga tahun ke depan, sebuah kredit negatif, tetapi leverage emiten-emiten yang terkait dengan pemerintah kemungkinan akan tetap moderat dalam periode yang sama,” ujar Moody's, dikutip dari Reuters pada Kamis 6/6).
Dukungan kebijakan yang kuat dari India telah meningkatkan pangsa pasar energi terbarukan menjadi sekitar 43% dari bauran kapasitas listriknya pada tahun fiskal 2023-24, yang menarik investasi sektor swasta.
Adani Group, melalui Adani Green Energy, berencana menghasilkan 45 GW energi terbarukan pada 2030, seiring dengan upayanya untuk menjadi pemain energi terbarukan terintegrasi pertama di India.
Dukungan kebijakan yang berkelanjutan akan memfasilitasi kemajuan India yang signifikan menuju transisi 2030 dan target emisi nol bersih 2070.
Namun, terlepas dari pertumbuhan energi terbarukan yang stabil, yang sebagian besar kemungkinan besar adalah tenaga surya, Moody's Ratings memperkirakan batu bara akan memainkan peran yang signifikan di pembangkit listrik selama delapan hingga sepuluh tahun ke depan.
“Kami memperkirakan India akan menambah 40 GW-50 GW kapasitas berbasis batu bara selama lima hingga enam tahun ke depan untuk membantu memenuhi permintaan listrik, yang kemungkinan besar akan tumbuh 5%-6% per tahun selama periode ini,” ungkap Moody's.
Katadata Green merupakan platform yang mengintegrasikan berita, riset, data, forum diskusi, dan komunitas untuk menginformasikan, bertukar gagasan, hingga kolaborasi untuk pembangunan hijau dan berkelanjutan di Indonesia.