Katadata Green
Banner

Perubahan Iklim Sebabkan Kelangkaan Jus Jeruk

ANTARA FOTO/Yudi Manar/nz
Avatar
Oleh Arsyad Paripurna 31 Mei 2024, 10.30

Produsen jus jeruk terkemuka dunia mungkin harus mempertimbangkan penggunaan buah alternatif karena menghadapi krisis pasokan.

Berdasarkan laporan dari Fundecitrus dan CitrusBR, krisis iklim dan penyakit jeruk yang dikenal sebagai ‘greening’ menyebabkan petani jeruk Brasil memanen hasil terkecil dalam beberapa dekade.

Brasil adalah produsen dan eksportir jus jeruk terbesar di dunia. Laporan tersebut memprediksi daerah penghasil jeruk utama Brasil, Sao Paulo dan Minas Gerais, akan memanen 232,38 juta kotak seberat 40,8 kg tahun ini, turun 24,36% dibandingkan tahun sebelumnya.

"Jika perkiraan produksi tersebut benar, ini akan menjadi panen terkecil kedua sejak 1988-1989," ungkap Fundecitrus dan CitrusBR dalam laporan mereka.

Florida, produsen jus jeruk terbesar kedua di dunia, juga menghadapi kekurangan parah akibat penyakit dan cuaca buruk.

Presiden Asosiasi Jus Buah dan Sayuran Internasional (IFU) Kees Cools mengatakan kekurangan tersebut menandakan sebuah krisis.

"Kami belum pernah melihat hal seperti ini, bahkan selama pembekuan besar dan badai besar," kata Kees, dikutip dari Business Insider pada Kamis (30/5).

Penyedia jus jeruk biasanya menghindari kekurangan jangka panjang dengan membekukan persediaan atau stok jus, yang dapat digunakan hingga dua tahun. 

Namun, stok beku juga semakin menipis karena kekurangan yang terjadi selama tiga tahun.

Salah satu masalah utama adalah greening jeruk. Ini adalah penyakit yang tidak dapat disembuhkan yang disebabkan oleh serangga pemakan tanaman yang membuat buah pohon menjadi pahit sebelum akhirnya membunuh pohon tersebut.

Sejak menyebar di Florida pada 2008, greening jeruk telah berdampak buruk ketika dikombinasikan dengan krisis iklim. 

Dalam 20 tahun terakhir, pasokan jus jeruk di negara bagian itu menurun dari 240 juta kotak per tahun menjadi 17 juta per tahun.

Menurut Kees, produsen mungkin harus mempertimbangkan menggunakan buah lain, seperti mandarin, karena pohonnya lebih tahan terhadap pola cuaca.

Namun, itu akan memerlukan proses yang panjang. IFU harus meminta perubahan legislatif dalam kode standar makanan Codex Alimentarius dan di Badan Pengawas Obat dan Makanan AS.

Analis Minuman Senior di Rabobank Francois Sonneville mengatakan permintaan konsumen untuk jus jeruk menurun sekitar seperlima dalam setahun terakhir karena kenaikan harga.

"Industri jus jeruk global sedang dalam krisis. Industri Florida hampir lenyap, dan perkebunan di Brasil dilanda penyakit, biaya yang meningkat, dan kondisi tumbuh yang tidak menguntungkan, meninggalkan pasokan jus jeruk global pada titik terendah dalam beberapa dekade," ujarnya.

Menurut Analis Data Pasar Komoditas di grup riset Mintec Harry Campbell, produsen kemungkinan kurang bergantung pada produksi jeruk dengan menggabungkan lebih banyak jus pir, jus apel, dan jus anggur dalam campuran produk mereka.

"Sampai mencapai titik di mana konsumen tidak lagi bersedia membayar harga premium untuk jus jeruk karena pasokannya yang sangat rendah, harga akan terus naik," kata Harry.

Reporter : reportergreen Editor : Arsyad Paripurna
;

Katadata Green merupakan platform yang mengintegrasikan berita, riset, data, forum diskusi, dan komunitas untuk menginformasikan, bertukar gagasan, hingga kolaborasi untuk pembangunan hijau dan berkelanjutan di Indonesia.