Pada ujung barat laut Pulau Bali, terdapat sebuah desa yang menjadi destinasi wisata terkemuka, yaitu Desa Pemuteran, Kabupaten Buleleng. Pesona desa ini terentang mulai dari pantai, terumbu karang, hingga perbukitan.
Akses untuk sampai ke Desa Pemuteran bisa dilalui dengan kendaraan bermotor dari Kota Denpasar. Perjalanan mencapai desa menghabiskan waktu tempuh sekitar tiga sampai empat jam berkendara.
Pamor wisata di desa ini bermula saat konservasi terumbu karang berjalan pada akhir 1980-an. Keberhasilan konservasi membuat beragam biota laut dapat dilihat dengan jelas ketika menyelam. Kabar ini membuat wisatawan berdatangan ke desa yang terletak di ujung barat Kabupaten Buleleng ini.
Di Desa Pemuteran, infrastruktur pariwisata sudah terbilang mapan dan menjadi pemandangan lazim di sepanjang jalan desa. Pengunjung bisa menyaksikan deretan penginapan, restoran, pemancingan, hingga lokasi snorkeling. Wisatawan domestik maupun mancanegara juga biasa berjalan-jalan di sekitar desa.
Namun, Desa Pemuteran kini tidak sekadar memancarkan pesona laut. Perbukitan di sekitar desa juga turut menarik minat wisatawan. Ada dua perbukitan yang acapkali dikunjungi oleh wisatawan, yaitu Bukit Udeng-Udengan dan Bukit Batu Kursi. Kedua bukit ini masuk dalam wilayah kelola Lembaga Pengelola Hutan Desa (LPHD) Sari Nadi.
Sensasi pendakian jarak pendek dapat dirasakan pengunjung ketika berkunjung ke dua bukit ini. Saat berjalan menuju ke puncak bukit, pengunjung akan ditemani pepohonan di sisi kanan dan kiri jalur pendakian. Pepohonan tersebut meliputi Sonokeling, Sengon, dan Intaran.
Kala tiba di puncak kedua bukit, pemandangan indah bisa dirasakan pengunjung. Perpaduan lanskap pepohonan, perbukitan, dan laut akan memanjakan mata. Penduduk sekitar menyebutnya dengan nyegara gunung, bahwa antara laut dan gunung tak terpisahkan satu sama lain.
Antara Bukit Udeng-Udengan dan Bukit Batu Kursi berjarak sekitar lima kilometer. Bukit Batu Kursi terletak di dekat perbatasan Desa Pemuteran dengan Desa Banyupoh. Sedangkan, Bukit Udeng-Udengan berada di barat Bukit Batu Kursi, masuk ke arah selatan dari jalan utama Desa Pemuteran.
Kendati berada di lokasi dan jalur berbeda, kedua bukit memiliki pemandangan dan tipikal puncak serupa. Pada puncak kedua bukit, terdapat pura yang biasa menjadi tempat beribadah warga sekitar, yakni Pura Ulun Jagat Kertha dan Pura Bukit Batu Kursi.
Ketua LPHD Sari Nadi Surya Armaya mengatakan, dua bukit ini telah lama dijadikan tempat wisata religi. Kebanyakan pengunjung berasal dari sekitar Bali, kendati ada pula yang datang dari Pulau Jawa. Alasan kedatangan mereka lantaran tertarik mengikuti persembahyangan di pura yang ada di puncak bukit.
“Jadi proses ketika mencapai bukit ini seperti dihadiahi pemandangan alam yang asri dan serba hijau,” kata Surya ketika diwawancarai oleh Katadata Green, (17/2).
Menurut Surya, khusus Bukit Udeng-Udengan sebenarnya sudah sering dijadikan tempat berkemah. Salah satu yang dinantikan tatkala berkemah adalah momen matahari terbit dan terbenam. Kemah dapat didirikan dekat Pura Ulun Jagat Kertha di tengah padang sabana.
Padang sabana di Bukit Udeng-Udengan juga memiliki keunikan. Saban musim kemarau, rumputnya akan menguning. Namun memasuki musim hujan, rumput berwarna hijau. Penduduk sekitar tak jarang memanfaatkan rumputnya untuk pakan ternak.
“Rumput-rumput yang dijadikan pakan ternak warga ini, kemudian menambah kesejahteraan juga. Baik untuk KUPS ternak sapi kami atau warga sekitar. Ternak sapi jadi moncer karena rumput-rumput ini,” imbuh pria yang juga menggeluti dunia farmasi ini.
Surya menambahkan, pengunjung yang berkemah biasanya kembali lagi membawa teman baru. Kedatangan mereka didorong oleh cerita yang terjalin di lingkaran pertemanan. Pengalaman pengunjung sebelumnya pun membawa informasi tentang pentingnya menjaga lingkungan di Bukit Udeng-Udengan.
“Promosinya memang belum masif, kita masih mengandalkan satu media sosial facebook untuk promosi, tapi kita mengandalkan cerita dari pengunjung, dari pengalaman-pengalaman mereka,” ujar Surya.
Pembukaan Bukit Udeng-Udengan diikuti dengan tumbuhnya minat wisatawan mancanegara di Desa Pemuteran yang mencari variasi wisata selain laut dan pantai. Menurut salah satu anggota LPHD Sari Nadi Ketut Karya, wisatawan mancanegara cenderung mencari wisata yang menyimpan cerita kearifan lokal setempat.
Peluang ini disadari punggawa LPHD Sari Nadi. Sebab, cerita dan edukasi merupakan salah satu kekuatan ekowisata. Apalagi bukit ini dihuni beragam pohon dan tumbuhan dengan beragam cerita. Mulai dari sejarah hingga edukasi pemanfaatannya di masa kini oleh penduduk desa.
Meski demikian, pengelolaan ekowisata di Bukit Udeng-Udengan harus sejalan dengan prinsip konservasi di bawah naungan Perhutanan Sosial, yakni merawat sekaligus tidak merusak hutan. Bahkan, penerapannya tidak hanya ditujukan untuk pengelola, pengunjung juga harus ikut menaatinya.
“Berbagai pohon dan tumbuh-tumbuhan yang ada di bukit ini bisa dijadikan cerita, dari pembibitan hingga pemanfaatannya,” kata Ketut yang sebelumnya berprofesi sebagai marketing di sebuah hotel di Bali.
LPHD Sari Nadi, lanjut Surya, mengusung visi keserasian dalam pengelolaan ekowisata, terutama di Bukit Udeng-Udengan. Keserasian itu terdiri dari keindahan laut, gunung, dan hutan. Asal muasal visi ini berangkat dari faktor geografis yang melingkupi Desa Pemuteran.
Faktor geografis itu ada tiga. Pertama, laut, karena Desa Pemuteran terletak pesisir pantai. Kedua, gunung, sebab di sekitar Desa Pemuteran terdapat pemandangan sejumlah gunung. Ketiga yakni hutan, lantaran lokasi ekowisata berada di tengah hutan desa.
“Di luar keserasian, kami juga mengutamakan Tri Hita Karana, yakni manusia dengan tuhannya, manusia dengan alam lingkungannya, dan manusia dengan sesamanya,” imbuh pria yang juga sering disapa Komang ini.
Di Bukit Udeng-Udengan, seorang pengunjung asal Klungkung bernama Dodek mengatakan, ia tiba di lokasi pada sore hari dengan tujuan mencari tempat berkemah. Pagi harinya, ia bisa melakukan meditasi bersama salah seorang kawannya karena didukung suasana sepi dan sejuknya hembusan angin.
“Informasi tentang lokasi ini saya dapatkan dari kawan yang sudah pernah ke sini tapi untuk berkemah. Katanya asik untuk melihat sunset,” ungkap Dodek, saat ditemui Katadata Green, (18/2).
Dodek pun berharap Bukit Udeng-Udengan bisa menarik banyak pengunjung sehingga pengelola bisa mendapat pemasukan, dan mampu melakukan pengembangan fasilitas. Namun ia juga berharap, mereka tidak sekadar datang untuk wisata, melainkan ikut menjaga lingkungan.
“Lebih-lebih tempat ini bisa juga untuk bermeditasi. Tapi kita perlu menjaga lingkungan dengan tidak membuang sampah sembarangan. Ini alam yang harus dijaga bersama,” pungkas Dodek.