Risiko transisi iklim menuju net zero emission mengintai berbagai macam aspek, termasuk industri sawit. Adaptasi industri perlu dilakukan untuk bisa menyesuaikan dengan kondisi terkini.
Risiko transisi iklim bagi industri sawit nasional tidak hanya meliputi aspek fisik. Akan tetapi, juga berkaitan dengan aspek bisnis yang berkelanjutan, terutama pada fase menuju net zero emission 2060.
Industri sawit kini memiliki peran dalam era transisi iklim yang terentang dari hulu hingga hilir. Di hulu yakni penggunaan lahan, industri sawit berperan dalam menghindari deforestasi dan pembukaan lahan gambut. Kemudian pada tahap penanaman, industri berperan menerapkan tumpang sari pada 3-4 tahun pertama.
Pada tahap transportasi, bahan bakar kendaraan menggunakan biodiesel, serta melakukan optimalisasi rute pengangkutan. Sedangkan pada pemrosesan di pabrik, industri bisa melakukan pengomposan limbah cair dan tandan kosong.
Peran itu juga diiringi oleh dua tantangan utama. Yaitu penyesuaian teknik agroforestri yang ramah lingkungan dan jejak emisi yang dapat mempengaruhi tingkat pemberian investasi dari lembaga keuangan.
Tidak hanya itu, pekerjaan rumah dalam jangka pendek dan panjang harus dihadapi industri sawit. Misalnya kurangnya data baseline untuk scope 3 Enhanced Nationally Determined Contribution, memastikan kebijakan transisi iklim sesuai rencana, dan menjaga pengembangan teknologi untuk memantau aksi iklim.
Katadata Green merupakan platform yang mengintegrasikan berita, riset, data, forum diskusi, dan komunitas untuk menginformasikan, bertukar gagasan, hingga kolaborasi untuk pembangunan hijau dan berkelanjutan di Indonesia.