Katadata Green
Banner

Generasi Muda Berperan dalam Mengatasi E-Waste

erafone
Avatar
Oleh Sahistya Dhanes 30 April 2025, 14.02

Di era digital saat ini, generasi muda khususnya Gen Z (18-24) merupakan pengguna gadget paling dominan. Data dari Start.io menunjukkan setidaknya 53,6 persen dari total penggemar gadget berasal dari kelompok usia ini. 

Anak-anak muda ini umumnya memiliki lebih dari satu gadget dengan jenis antara lain, smartphone, laptop, tablet, hingga smartwatch.

Sementara itu, data lebih tinggi dicatatkan oleh We Are Social, dalam laporannya tahun tahun 2021 tercatat 90,87 persen anak usia 18-24 tahun memiliki smartphone. Angka tersebut naik menjadi 91,82 persen pada tahun 2022.

Adapun, siklus penggunaan gadget di kalangan masyarakat Indonesia umumnya terbilang singkat. Studi dari Populix tahun 2023 yang bertajuk “Indonesian Mobile Phone Purchase Behavior” menyebut masyarakat Indonesia mengganti ponselnya tak sampai tiga tahun sekali.

Dalam survei tersebut, alasan terbesar penggantian smartphone adalah karena yang lama sudah tidak lagi menunjang sistem operasi terbaru (38 persen). Alasan kedua adalah kapasitas memori smartphone yang sudah mencapai batas maksimal (33 persen).

Alasan lain yang menjadi dalih untuk mengganti smartphone  adalah keinginan untuk memiliki smartphone dengan fitur terbaru (14 persen), keluarnya seri terbaru dari brand smartphone favorit (6 persen), dan keinginan untuk mengikuti tren (2 persen).

Siklus penggunaan gadget yang cepat ini berkontribusi pada peningkatan jumlah e-waste. Berdasarkan data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) pada 2021, Indonesia menghasilkan sekitar 2 juta ton sampah elektronik.

KLHK juga mencatat, ada tiga cara yang terbanyak dilakukan masyarakat dalam mengelola e-waste, yaitu mengirim ke tempat daur ulang atau pengelolaan e-waste, membuang ke tempat sampah bercampur dengan sampah lainnya, atau menjualnya sebagai barang bekas.

Di antara tiga opsi tersebut, membuang ke tempat sampah dan menjual jadi barang bekas adalah yang paling lazim dilakukan. Padahal keduanya bukanlah cara pengelolaan yang tepat, sehingga berisiko mencemari lingkungan hingga mengancam kesehatan.

Masalah ini kemudian melahirkan berbagai inisiatif, gerakan, hingga startup yang berfokus pada pengelolaan e-waste.

Sebut saja EwasteRJ, komunitas dari Jakarta yang berfokus pada edukasi masyarakat soal bahaya e-waste dan mengelola pengumpulan e-waste skala kecil-menengah. EwasteRJ juga memiliki program penjemputan e-waste dari rumah-rumah dan bekerja sama dengan perusahaan daur ulang resmi.

Hadir pula Waste4Change, startup asal Bekasi yang berfokus pada manajemen sampah berkelanjutan – termasuk program khusus pengumpulan dan daur ulang e-waste.Didirikan oleh Mohamad Bijaksana Junerosano, dan banyak mengajak anak muda bergabung dalam program edukasi & advokasi.

Startup lainnya yang juga berfokus pada pengelolaan e-waste adalah Dulang. Didirikan oleh Kreshna Yuditya Rahmat, Dulang fokus pada solusi berbasis platform digital untuk mengumpulkan, mengangkut, dan mendaur ulang e-waste secara bertanggung jawab.

Inisiatif terkait pengelolaan e-waste turut digalakkan oleh perusahaan. Adalah erafone, yang baru-baru ini meluncurkan inisiatif Jaga Bumi dan menghadirkan dropbox e-waste di sejumlah outletnya.

Saat ini, erafone menyediakan 10 dropbox di 10 gerai di kawasan Jabodetabek. Sepanjang 2025, perusahaan ritel perangkat komunikasi ini berencana menambah jumlahnya menjadi 25 hingga 50 unit dropbox untuk ditempatkan di lima wilayah operasional utama.

Group Chief HC, GA, Legal & CSR Erajaya Group Jimmy Perangin Angin mengatakan erafone bekerja sama dengan berbagai pihak, seperti pemerintah, perusahaan, dan organisasi lainnya, untuk mencapai tujuan pengelolaan e-waste yang baik. 

“Kami fokus pada (jenis e-waste) smartphone, tablet dan laptop. Fokus kami tidak hanya pada pengumpulan e-waste, tapi juga manajemen e-waste dalam perjalanannya hingga proses daur ulangnya yang transparan,” terang Jimmy saat ditemui tim Katadata Green (30/5).

Gerakan erafone Jaga Bumi sebetulnya bertujuan lebih dari sekadar pengumpulan e-waste. Program ini juga hendak mengedukasi masyarakat tentang dampak sampah elektronik serta mengajak masyarakat, terutama generasi muda untuk terlibat dalam inisiatif ini.

“Generasi muda tentunya kami harapkan untuk bisa mendukung program ini dengan mengedukasi teman dan keluarga tentang bahaya e-waste dan pentingnya pengelolaan yang baik. Mereka juga bisa terlibat secara aktif melalui berbagai platform untuk melakukan campaign yang positif terkait ini,” imbuh Jimmy dalam pernyataannya.
 

Editor : Uji Sukma Medianti
;

Katadata Green merupakan platform yang mengintegrasikan berita, riset, data, forum diskusi, dan komunitas untuk menginformasikan, bertukar gagasan, hingga kolaborasi untuk pembangunan hijau dan berkelanjutan di Indonesia.