Di antara beragam jenis sampah rumah tangga, sampah elektronik mungkin menjadi salah satu persoalan yang krusial namun belum memiliki solusi memadai. Buktinya, tingkat daur ulang e-waste saat ini masih minim.
Berdasarkan data dari Global E-waste Monitor pada 2024, misalnya, timbulan sampah elektronik sedunia mencapai 62 miliar kg. Dari jumlah tersebut, cuma 22,3 persen yang berhasil dikumpulkan serta didaur ulang secara ramah lingkungan.
Sebab, hampir sebagian besar sampah elektronik saat ini berakhir di tempat pembuangan, dan tanpa melalui proses daur ulang yang memadai. Pun begitu, fasilitas pendaurulangan e-waste masih belum banyak yang bisa diakses oleh masyarakat.
Karena itu, erafone, perusahaan ritel seluler multibrand, menjadi pionir dalam menyediakan fasilitas pendaurulangan sampah elektronik di Indonesia. Melalui inisiatif erafone Jaga Bumi, perusahaan menyediakan drop box pengumpulan perangkat elektronik bekas, seperti ponsel pintar, pengisi daya, dan aksesoris.
erafone memulai inisiatif Jaga Bumi pada 2023, serta berlanjut pada 2024, dan sampai saat ini. Dalam gerakan ini, perusahaan bagian dari grup Erajaya itu mengajak masyarakat untuk ikut dalam upaya pendaurulangan sampah elektronik.
Lantas bagaimana masyarakat dapat berpartisipasi dalam program ini? Menurut Group Chief HC, GA, Legal & CSR Erajaya Group, Jimmy Perangin Angin, masyarakat dapat langsung mengunjungi gerai erafone yang menyediakan titik pengumpulan perangkat elektronik bekas.
Dalam prosesnya, masyarakat akan terlebih dahulu mengisi data dengan dibantu oleh petugas. Setelah itu, masyarakat bisa menyerahkan perangkat elektronik bekasnya.
“Masyarakat yang menyumbangkan perangkat elektronik bekasnya melalui program ini mendapatkan reward berupa voucher belanja di erafone sebagai bentuk apresiasi atas keterlibatan,” kata Jimmy dalam keterangan tertulis di Jakarta, Kamis (24/4).
erafone telah menyediakan 10 dropbox di 10 gerai di kawasan Jabodetabek. Dan, perusahaan tahun ini berencana menambah jumlah titik pengumpulan menjadi 25 sampai 50 unit di lima wilayah operasional utama.
“Dalam waktu dekat akan menjangkau wilayah Jawa Barat,” ujar Jimmy.
Sepanjang pelaksanaan program Jaga Bumi pada 2024, erafone berhasil mengumpulkan sebanyak 1.700 gadget dari masyarakat. Sedangkan untuk tahun ini, perusahaan membidik pengumpulan 5.000 sampah elektronik.
Pada implementasi daur ulang e-waste, erafone menyerahkan perangkat elektronik bekas dari masyarakat kepada kepada mitra daur ulang yang memiliki kompetensi serta telah bersertifikat. Selanjutnya, mitra tersebut mengelola sampah elektronik tersebut dengan cara yang ramah lingkungan.
Secara terperinci, mitra tersebut melakukan daur ulang sampah elektronik yang terdiri dari beragam tahapan, mulai pemilahan sampah elektronik, penimbangan bobot, pemilahan, pemisahan komponen e-waste, hingga proses daur ulang.
Adapun beberapa material yang bisa dipulihkan setelah proses daur ulang tersebut yakni plastik, metal, PCB, dan baterai. Selanjutnya, material tersebut diolah sesuai jenis masing-masing hingga dapat digunakan kembali oleh produsen.
Di atas itu semua, Jimmy menyampaikan bahwa gerakan Jaga Bumi ini merupakan program strategis perusahaan dalam aspek pengelolaan limbah elektronik, baik internal maupun eksternal.
“Tentunya program ini juga akan dievaluasi dan dikembangkan secara terus menerus untuk memberikan impact yang lebih signifikan,” ujarnya.