Katadata Green
Banner

BBM Tinggi Sulfur Picu Kenaikan Suhu Global, ASEAN Paling Terdampak

Antara/Adeng Bustomi
Avatar
Oleh Rezza 17 April 2025, 15.31

Kawasan Asia Tenggara diprediksi kehilangan Produk Domestik Bruto (PDB) Hingga 37,4% akibat kenaikan suhu global.

Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics atau CORE Indonesia, Muhammad Faisal, menyebutkan kenaikan suhu global membuat ASEAN menjadi wilayah yang paling dirugikan dari sisi PDB.

“Yang paling besar siapa? ASEAN. Kalau kenaikan suhunya ekstrem, sampai 3,2 derajat Celcius, (PDB) bisa turun sampai 37,4%. Lebih tinggi dibanding kawasan lain, termasuk Timur Tengah dan Afrika,” ujarnya dalam  Workshop Diseminasi Dampak Peningkatan Kualitas Bahan Bakar Terhadap Parameter Polutan, Kesehatan dan Ekonomi yang diadakan Research Center for Climat Change Universitas of Indonesia atau RCCC UI di Hotel Mercure Cikini, Jakarta, Kamis (17/4).

Faisal menjelaskan kenaikan suhu bisa meningkatkan potensi kerusakan lingkungan, banjir, hingga adanya hujan dan kemarau. Salah satu masalah yang paling potensial terjadi adalah produksi makanan, sehingga berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi.

Bila mengikuti Perjanjian Paris untuk menahan kenaikan rata-rata suhu bumi tidak melewati 1,5ºC, maka potensi pengurangan PDB ASEAN sebesar 4,2%. Ini selevel dengan potensi pengurangan GDP dunia, namun wilayah paling berpengaruh adalah Oceania dengan penurunan 4,3%.

Bila ASEAN tidak mengikuti Perjanjian Paris dan ada peningkatan suhu 2ºC, PDB ASEAN berpotensi turun 17%, lebih tinggi dari potensi global 11%. Bila kenaikan suhu meningkat hingga tingkat kritis yaitu 3,2ºC, peningkatan PDB ASEAN mencapai 37,4% sementara dunia hanya 18,1%.

CORE mencatat pembakaran BBM terutama transportasi darat berpengaruh besar terhadap kenaikan suhu global. Data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan alias KLHK pada 2024 menyebut transportasi darat menyumbang sekitar 20,7% dari total emisi sektor energi.

Pemerintah sendiri masih tertinggal menerapkan standar Euro 4 sebagai bahan bakar industri otomotif. Euro 4 menetapkan kandungan maksimal sulfur untuk bensin dan diesel sebesar 50 ppm. Saat ini, Euro 4 sudah dipakai untuk mobil berat dan mobil penumpang, namun sepeda motor masih menggunakan standar Euro 3. Artinya, kandungan sulfur maksimal di bensin senilai 150 ppm sementara diesel 350 ppm.

Di Indonesia, hanya ada tiga jenis BBM yang memenuhi standar Euro 4. Pertama, BBM diesel Pertadex 53 dengan spesifikasi maksimal sulfur 50 ppm. Dari jenis bensin, ada Pertamax Green 95 dan Pertamax Turbo 98.

Sayangnya, penggunaan tiga jenis BBM ini masih sekitar 0% bila dibandingkan dengan seluruh jenis BBM. Dari jenis diesel, penggunaan paling banyak adalah Biosolar 48 subsidi dengan volume 17,3 juta kiloliter atau setara dengan 26% konsumsi nasional. Biosolar 48 memiliki tingkat sulfur 2.500 ppm, jauh dari standar Euro 4.

Dari jenis bensin, penggunaan paling banyak adalah Pertalite 90 subsidi dengan konsumsi 30,2 juta kiloliter atau setara 45%.

Reporter : Amelia Yesidora Editor : Rezza
;

Katadata Green merupakan platform yang mengintegrasikan berita, riset, data, forum diskusi, dan komunitas untuk menginformasikan, bertukar gagasan, hingga kolaborasi untuk pembangunan hijau dan berkelanjutan di Indonesia.