Di tengah pesatnya perkembangan teknologi, penggunaan gadget pun semakin meningkat. Namun, di balik kemajuan ini, terdapat masalah serius terkait dengan limbah elektronik atau e-waste yang terus bertambah.
Di Indonesia, jumlah sampah elektronik menunjukkan tren peningkatan yang signifikan sepanjang tahun 2016-2021. Berdasarkan data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, pada 2016 timbulan sampah elektronik tercatat sebesar 1,274 juta ton dan meningkat menjadi 2 juta ton pada 2021.
Namun berdasarkan data Waste4Change, hanya sekitar 17,4% dari total 2 juta ton e-waste di Indonesia yang berhasil dikelola dengan baik. Sisanya tersimpan di rumah atau dibuang ke tempat pembuangan sampah bersama dengan jenis sampah lainnya.
KLHK juga memproyeksikan bahwa pada tahun 2030, timbulan sampah elektronik akan mencapai 4,4 juta ton. Proyeksi ini menunjukkan pentingnya pengelolaan limbah elektronik yang efektif untuk mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan dan kesehatan masyarakat.
Merespons kondisi tersebut, erafone, sebagai salah satu perusahaan ritel gadget terbesar di Indonesia, mengambil langkah proaktif dalam mengurangi dampak lingkungan melalui program “erafone Jaga Bumi”. Program ini, menurut Group Chief HC, GA, Legal & CSR Erajaya Group, Jimmy Perangin Angin, merupakan kontribusi perusahaan dalam upaya mengumpulkan dan mengelola limbah elektronik secara bertanggung jawab.
Pihak erafone menyebutkan, usia pemakaian gadget yang ideal biasanya 3-5 tahun, tergantung pada kualitas perangkat, pola penggunaan, dan perawatannya. Jika gadget mengalami penurunan performa yang signifikan, seperti baterai cepat habis, layar atau komponen mulai bermasalah, serta sistem operasi yang tidak lagi mendapat pembaruan, maka ini merupakan tanda bahwa gadget perlu diganti.
Melalui program erafone Jaga Bumi, erafone mengajak masyarakat untuk mendaur ulang gadget bekas dengan cara yang bertanggung jawab, sehingga limbah elektronik tidak mencemari lingkungan dan dapat dikelola dengan lebih baik. “Ini dilakukan demi masa depan yang lebih berkelanjutan,” terang Jimmy kepada Katadata Green (27/3).
Program erafone Jaga Bumi mulai dilakukan sejak tahun 2023. Pada tahun awal program ini dijalankan, erafone fokus melakukan internalisasi program pada karyawan. Hasilnya, sebanyak 59 gadget layak pakai dikumpulkan oleh karyawan melalui dropbox di kantor pusat.
“Sebanyak 59 gadget yang terkumpul kemudian disalurkan kepada 59 siswa sekolah kejuruan (vokasi) untuk mendukung kegiatan belajar mengajar di sekolah,” ucap Jimmy. Ini dilakukan karena Erajaya memiliki program kerja sama dengan Kementerian Pendidikan untuk peningkatan kualitas pendidikan vokasi.
Kemudian dari tiga acara erafone yang diselenggarakan untuk publik pada September sampai November 2024, terkumpul lebih dari 1700 gadget berupa handphone, laptop, tablet, dan peripherals (komponen perangkat keras yang terhubung ke komputer). Gadget yang terkumpul ini, oleh mitra erafone kemudian dipisah berdasarkan material seperti plastik, metal, printed circuit board, baterai, dan lainnya.
“Material gadget yang sudah dipisah ini, ketika sudah memenuhi kuota akan didaur ulang menjadi bahan baku produksi berikutnya,” ucap Jimmy.
Mulai tahun 2025, erafone memperkuat komitmennya mengajak masyarakat sadar akan pentingnya pengelolaan e-waste dengan menyediakan 10 drop box di 10 gerai yang tersebar di DKI Jakarta. Kemudian, sepanjang tahun 2025, jumlah drop box akan terus ditingkatkan hingga mencapai 25 hingga 50 unit di lima kota besar di Indonesia.
“Dengan menyediakan sarana yang mudah diakses, erafone berharap dapat mendorong kebiasaan masyarakat untuk membuang e-waste di tempat yang tepat dan mendukung proses daur ulang yang lebih berkelanjutan,” pungkasnya.