Katadata Green
Banner

Trash Ranger Indonesia & SEMAI Lakukan Pilah Sampah di Depok

Dok Istimewa
Avatar
Oleh Anshar 4 Maret 2025, 13.14

Trash Ranger Indonesia bersama Sekolah Sampah Indonesia (SEMAI), DLHK Kota Depok, LAZ Zakar Sukses, dan enam komunitas lingkungan peduli sampah mengadakan kegiatan edukasi dan pemilahan sampah di TPS Perumahan Pondok Sukmajaya.

Keenam komunitas yang terdiri dari Nera Green, Earth Hour Depok, Eco Shift, Bank Sampah RW 01 Bedahan, Z+, dan Angkut Sampah, mengikuti kegiatan untuk memperingati Hari Peduli Sampah Nasional (HPSN) pada 21 Februari lalu. 

"Slogan 'buanglah sampah pada tempatnya' sudah tidak relevan lagi," ujar Mujahid Abdurrahim, CEO Sekolah Sampah Indonesia (SEMAI), dikutip dari keterangan tertulis, Selasa (4/3).

Menurut pemuda yang akrab disapa Kak Emje ini, berkaca dari tragedi Leuwigajah, hal tersebut terjadi bukan karena masyarakat membuang sampah sembarangan. Namun, sampah yang dibuang 'pada tempatnya' tetap berakhir di TPA tanpa pengelolaan yang tepat. 

Berangkat dari keresahan ini SEMAI menginisiasi aksi "Cleanup & Rescue" yang melibatkan lebih dari 80 anak muda. Pendekatan Pilah-Data-Olah menjadi kunci utama gerakan ini.

Kepala Seksi Pengangkutan Bidang Kebersihan DLHK Kota Depok Suwardi dan Sekretaris Kelurahan Sukmajaya Teguh mengapresiasi aksi kebersihan sampah ini. Sementara Ketua RW 03 Perumahan Pondok Sukmajaya Totok Tugas Utomo, mengajak generasi muda untuk berada di garda terdepan menyelesaikan masalah sampah. 

"Karena generasi mudalah yang masih berpikiran terbuka, melihat masalah lingkungan lebih jauh, dan mau berbuat untuk mengubahnya," ujarnya. 

Sulit Memilah Sampah Jika Tercampur 

Dalam kurun waktu satu jam (pukul 09:20 s.d. 10:20), 51 relawan dan masyarakat berhasil memilah 447,76 kg sampah, atau rata-rata 8,78 kg sampah per orang per jam. Jumlah ini tidak sebanding dengan volume sampah yang dihasilkan masyarakat setiap hari. 

"Sudah semestinya sampah itu dipilah dari rumah karena jika sudah tercampur, akan memakan lebih banyak waktu dan tenaga untuk memilahnya kembali," ujar Mujahid. 

Dari sampah yang berhasil terpilah, 35,7% merupakan sampah organik (159,85 kg) dan 43,5% adalah sampah residu (194,715 kg). Sisanya berupa tekstil, plastik, beling, dan jenis sampah lain dengan proporsi total kurang dari 25%. 

Data ini menunjukkan bahwa pengelolaan sampah organik harus menjadi prioritas utama. Sementara tingginya volume sampah residu disebabkan oleh banyaknya sampah bernilai jual rendah yang kotor akibat tercampur dengan sampah organik. 

"Data komposisi sampah ini harus menjadi perhatian para pihak berwenang untuk menindaklanjuti pengelolaan sampah di TPS," kata Nurhadi Muhlisi, Manajer Pengolahan Sampah SEMAI.

Menyelamatkan Sampah, Lebih Mudah dari Rumah 

Sebanyak 159,85 kg sampah organik yang sudah terpilah disalurkan ke Maggoz Farm (unit pertanian terpadu milik Sekolah Sampah Indonesia) untuk diolah menggunakan maggot menjadi pakan ternak bernilai protein tinggi dan pupuk untuk pertanian. 

Sementara sampah anorganik seperti plastik keras, tetra pak, dan logam disalurkan kepada petugas kebersihan sebagai tambahan penghasilan untuk mereka. 

"Kami akan terus melakukan aksi serupa untuk menanamkan kesadaran kepada seluruh masyarakat tentang pentingnya pemilahan sampah dari rumah dan mengumpulkan data komposisi sampah sebagai dasar rujukan pengelolaan sampah yang lebih terintegrasi," kata Mujahid. 

Aksi ditutup dengan penandatanganan komitmen "Cukup hari ini saja TPS ini dipilah. Janji mulai pilah sampah dari rumah." Ini menjadi simbol bahwa semua peserta yang telah merasakan betapa melelahkannya memilah sampah di TPS berkomitmen untuk mulai memilah sampah dari rumah masing-masing. 

Editor : Anshar
;

Katadata Green merupakan platform yang mengintegrasikan berita, riset, data, forum diskusi, dan komunitas untuk menginformasikan, bertukar gagasan, hingga kolaborasi untuk pembangunan hijau dan berkelanjutan di Indonesia.