Katadata Green
Banner

Uni Eropa dan Tiongkok Bicara Tarif Impor Kendaraan Listrik

123RF.com/Kittipong Jirasukhanont
Avatar
Oleh Arsyad Paripurna 24 Juni 2024, 12.38

Tiongkok dan Uni Eropa telah sepakat untuk memulai pembicaraan mengenai rencana pengenaan tarif pada kendaraan listrik (EV) buatan Tiongkok yang diimpor ke pasar Eropa.

Menteri Perekonomian Jerman Robert Habeck mengatakan ia telah diberitahu oleh Komisioner Uni Eropa Valdis Dombrovskis bahwa akan ada negosiasi konkret mengenai tarif dengan Tiongkok.

Konfirmasi tersebut muncul setelah kementerian perdagangan Tiongkok mengatakan Menteri Perdagangan Wang Wentao dan Wakil Presiden Eksekutif Komisi Eropa Valdis Dombrovskis telah sepakat untuk memulai diskusi terkait investigasi anti-subsidi Uni Eropa terhadap mobil listrik Tiongkok.

"Ini hal baru dan mengejutkan karena belum ada jadwal negosiasi yang konkret dalam beberapa minggu terakhir," ujar Robert di Shanghai.

Menurut Robert, ini adalah langkah awal dan masih banyak lagi yang harus dilakukan. "Kami masih jauh dari akhir, tetapi setidaknya, ini adalah langkah pertama yang tidak mungkin dilakukan sebelumnya," imbuhnya, dikutip dari CNBC, Sabtu (22/6).

Robert sebelumnya mengatakan pintu Uni Eropa terbuka untuk diskusi mengenai tarif Uni Eropa terhadap ekspor Tiongkok.

"Apa yang saya sarankan kepada mitra-mitra Tiongkok saya hari ini adalah bahwa pintu-pintu terbuka untuk berdiskusi dan saya harap pesan ini didengar," ujarnya dalam pernyataan pertamanya di Shanghai, setelah pertemuan dengan para pejabat Tiongkok di Beijing.

Kunjungan Robert adalah yang pertama kali dilakukan oleh seorang pejabat senior Eropa sejak Brussels mengusulkan bea masuk yang tinggi atas impor kendaraan listrik (EV) buatan Tiongkok untuk memerangi apa yang dianggap oleh Uni Eropa sebagai subsidi yang berlebihan.

Robert mengatakan masih ada waktu untuk berdialog antara Uni Eropa dan Tiongkok mengenai masalah tarif sebelum bea masuk berlaku penuh pada bulan November. Ia percaya pada pasar terbuka, tetapi pasar membutuhkan lapangan yang adil.

Menurutnya, subsidi yang terbukti ditujukan untuk meningkatkan keuntungan ekspor perusahaan-perusahaan tidak dapat diterima.

Titik ketegangan lain antara Tiongkok dan Jerman adalah dukungan Tiongkok untuk Rusia dalam perang di Ukraina. Robert mencatat bahwa perdagangan Tiongkok dengan Rusia meningkat lebih dari 40% tahun lalu.

Robert mengklaim ia telah mengatakan kepada para pejabat Tiongkok bahwa hal tersebut berdampak pada hubungan ekonomi mereka. "Penyimpangan dari sanksi yang dijatuhkan kepada Rusia tidak dapat diterima," ujarnya.

Ia juga menegaskan bahwa barang-barang teknis yang diproduksi di Eropa tidak boleh berakhir di medan perang melalui negara lain.

Reporter : reportergreen Editor : Arsyad Paripurna
;

Katadata Green merupakan platform yang mengintegrasikan berita, riset, data, forum diskusi, dan komunitas untuk menginformasikan, bertukar gagasan, hingga kolaborasi untuk pembangunan hijau dan berkelanjutan di Indonesia.